Abstract:
Paguyuban Layung Putra Ujungberung dalam kegiatan benjang
menciptakan komunikasi verbal dan nonverbal yang mempunyai makna kesenian
gulat benjang itu sendiri. Paguyuban Layung Putra Ujungberung terbentuk dari
anak muda yang menyukai dan ingin mempertahankan kesenian tradisional
benjang yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Dalam penelitian ini, akan
meneliti pola komunikasi verbal dan nonverbal gulat benjang sebagai seni
tradisional pada Paguyuban Layung Putra Ujungberung yang pada dasarnya
kesenian tersebut sebagai bentuk kesenian ciri khas yang mulai ditinggalkan oleh
masyarakat.
Tujuan penelitian untuk mengetahui situasi komunikasi, peristiwa
komunikasi, tindakan komunikasi Paguyuban Layung Putra Ujungbrung secara
verbal dan nonverbal pada Gulat Benjang sebagai seni tradisional. Metode
penelitian deskriptif dengan perspektif kualitatif yaitu melukiskan secara
sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu secara faktual. Teknik
pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, studi kepustakaan.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa dalam situasi komunikasi gulat
benjang sebagai bentuk tradisi Paguyuban Layung Putra Ujungberung yang secara
turun-menurun dilestarikan. Peristiwa komunikasi Paguyuban Layung Putra
Ujungberung secara verbal dan nonverbal pada gulat benjang sebagai seni
tradisional dalam kehidupan sehari-hari menjadikan benjang sebagai seni bela diri
tradisional yang memiliki kekhasan dalam pelaksanaannya. Tindakan komunikasi
yaitu kebiasaan bahasa yang digunakan pada komunitas itu sendiri. Di mana pada
dasarnya bahasa yang digunakan pada saat kegiatan gulat benjang menggunakan
bahasa Sunda.