Abstract:
Salah sam permasalahan yang dihadapi masyarakat dan pemerintahdaerah saat ini terutama diRW22 DesaTanimulya KecamatanNgamprah Kabupaten BandungBarat (KBB) adalahterkait dengan pengelolaan sampah. Sebagai konsekwensi logis dari adanya kehidupan maka sampah akaan terus ada dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala dinamikanya. Sementara itu daya dukung lahan serta kapasitas pengelolaan oleh
pemerintah daerah makin terbatas. Oleh karena itu maka apabila permasalahan tersebut tidak segera diearikan solusinyamaka saropah akan masalah lingkungan yang sangat serius.
Undang - Undang 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah telah mengemukakan bahwa pengelolaan sampah dilakukan dengan eara pengurangan dan penanganan. Terkait dengan hal tersebut eli RW 22 telah mendirikan Bank Sampah Terpadu Sahdu yang merupakan organisasi berbasis masyarakat dalam hal pengurangan sarnpah melalui program 3R. Program pengurangan sampah dilakukan melalui kegiatan pemilahansejak dari sumbernya, pengolaban sampah organik, pengolahan sampah bahan daur ulang yang bernilai ekonomi.
Salah satu tenkik yag dapat diguoakan dalam pengolahan sampah organik adalah dengan menggunakan metode "bata terawang". Metode ini relatif lebih mudah dan dapat diintegrasikan dengan taman RW. Metode "bata terawang" juga sudah dicoba diimplementasikan di RW 22. Namun demikian untuk meningkatkan kapasitaspengelolaan makaperlu dilakukansosialisasi dan pendampingan kepada masyarakat baik dalam hal pemilahan sampah ill sumber maupun teknis
pengolahan denganmetode "bata terawang"tersebut. PKM-PPIini dilakukanuntuk meningkatkan pemahaman masyarakat yang kemudian meningkatkan partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan dan pengolahansampahorganik.
Berdasarkan basil evalusi pasea pendampingan diperoleh bahwa pengetahuan para peserta pada umumnya meningkat. Dalam hal pemilahan misalnya, hampir 100% peserta paham dandaIam prakteknya sudah meningkat rnenjadi 60%. Begitu pula dalam hal pembuatankompos para peserta tidak saja pemahaman yang meningkatakan tempi juga praktek di lapangan. Hal ini clapat dibuktikan dengan kunjungan ke beberapa warga setelah pelatihandan pendampingan dilakukan.
Merekatidak saja mempraktekkan pembuatan kompos dengan menggunakan bata terawangakan tetapijuga mernanfaatkan kompos untuk urban farming.