Abstract. The current form of integrative education program is a regular school with special needs, with curriculum, teachers, facilities, and learning activities similar to other children. The most important issue in inclusion education is the resources and facilities for inclusion schools. Problems arising, problems in KBM, understanding, inappropriate education, discomfort, problems with teachers and special assistants (GPK). This condition is different from the condition of the teachers at SDN 036 Ujungberung Bandung. Teachers have the confidence to be able to teach SBK. These things because teachers can emotionally, teachers will be able to identify the responses that will affect in making decisions. The purpose of this study is to obtain empirical data relationship between emotional intelligence with self efficacy of teachers in SDN 036 Ujungberung Bandung. The method used is correlational. The study is active 35 teachers. The measuring tool used is a questionnaire developed from the concept of Goleman theory (2009) and the questionnaires transcribed from standard measuring instrument of Tschannen-Moran & Hoy (2001). The results of this study showed a positive value (Rs = 0.628) which means there is a close relationship between emotional intelligence with teacher self efficacy. The higher the emotional intelligence the higher the self-efficacy of the teacher.Keywords: Emotional Intelligence, Teacger’s Self-efficcy, Inclusion, TeacherAbstrak. Bentuk program pendidikan integratif saat ini adalah sekolah reguler yang menampung anak berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, guru, sarana pengajaran, dan kegiatan belajar mengajar yang sama dengan anak lain. Permasalahan yang paling utama dalam pendidikan inklusi ini adalah mengenai sumber daya guru dan fasilitas untuk sekolah inklusi. Permasalahan yang muncul terkait kurangnya kompetensi, kesulitan dalam KBM, kurangnya pemahaman, latar belakang pendidikan yang tidak sesuai, kurangnya kesabaran, kesulitan dengan orangtua dan keluhan kurangnya guru pendamping khusus (GPK). Kondisi tersebut berbeda dengan kondisi para guru di SDN 036 Ujungberung Bandung. Guru memiliki keyakinan untuk dapat mengajar SBK. Hal tersebut dikarenakan ketika guru dapat mengenali emosinya, guru akan mampu mengidentifikasi respon emosinya sehingga akan mempengaruhi keyakinan dalam membuat keputusan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh data empirik mengenai gambaran keeratan hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru di SDN 036 Ujungberung Bandung. Metode yang digunakan adalah korelasional. Penelitian ini melibatkan 35 orang guru. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang dikembangkan dari konsep teori Goleman (2009) dan kuesioner yang ditranslasi dan dimodifikasi dari alat ukur baku Tschannen-Moran & Hoy (2004). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai korelasi positif ( Rs = 0,628 ) yang artinya terdapat hubungan yang erat antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi efikasi diri guru.Kata kunci: Kecerdasan Emosional,Efikasi Diri Guru,Pendidikan Inklusi,Guru
Abstrak. Bentuk program pendidikan integratif saat ini adalah sekolah reguler yang menampung anak berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, guru, sarana pengajaran, dan kegiatan belajar mengajar yang sama dengan anak lain. Permasalahan yang paling utama dalam pendidikan inklusi ini adalah mengenai sumber daya guru dan fasilitas untuk sekolah inklusi. Permasalahan yang muncul terkait kurangnya kompetensi, kesulitan dalam KBM, kurangnya pemahaman, latar belakang pendidikan yang tidak sesuai, kurangnya kesabaran, kesulitan dengan orangtua dan keluhan kurangnya guru pendamping khusus (GPK). Kondisi tersebut berbeda dengan kondisi para guru di SDN 036 Ujungberung Bandung. Guru memiliki keyakinan untuk dapat mengajar SBK. Hal tersebut dikarenakan ketika guru dapat mengenali emosinya, guru akan mampu mengidentifikasi respon emosinya sehingga akan mempengaruhi keyakinan dalam membuat keputusan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh data empirik mengenai gambaran keeratan hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru di SDN 036 Ujungberung Bandung. Metode yang digunakan adalah korelasional. Penelitian ini melibatkan 35 orang guru. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang dikembangkan dari konsep teori Goleman (2009) dan kuesioner yang ditranslasi dan dimodifikasi dari alat ukur baku Tschannen-Moran & Hoy (2004). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai korelasi positif ( Rs = 0,628 ) yang artinya terdapat hubungan yang erat antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi efikasi diri guru.