This research is formed based on phenomenon in Dewi Sartika elementary school Bandung. It has more disability students (ABK), however, it is not an inclusion school. The teachers face many problems in handling those children. The school does not provide facilities for diability students. The objective of this study is to describe teachers ablity to handle disability students with minimum facilities provided and without any special needs and disablity education, or special training. The instrument of the research is an Adversity Response Profile (ARP) questionnaire of Paul G Stoltz that describes each aspect of AQ they are; control, origin and ownership, reach, and endurance. The results show that the AQ of each teacher is high, it proves that the teachers are able to handle and overcome all problems and difficulties in handling disablity and special needs students.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena yang terdapat di SD Dewi Sartika Bandung dimana guru-guru yang mengajar siswa yang juga memiliki lebih dari setengah jumlah siswanya merupakan siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Sekolah ini bukan merupakan Sekolah Inklusi atau Sekolah Luar Biasa. Guru dihadapkan pada situasi dimana banyaknya jenis disability yang mereka hadapi sehari-hari. Sekolah ini tidak tersedia sarana dan prasarana untuk fasilitas yang menunjang siswa ABK. Penelitian ini ingin melihat apa yang membuat guru-guru mampu dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar terhadap anak berkebutuhan khusus tanpa didukung dengan latar belakang pendidikan Sekolah Luar Biasa atau pelatihan khusus, serta minimnya sarana dan prasarana yang menunjang untuk pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus, termasuk ketiadaan guru pendamping. Penelitian dilakukan dengan alat ukur skala psikologi, dimana alat ukur yang digunakan adalah alat ukur baku Adversity Response Profile (ARP) dari Paul G Stoltz yang menggambarkan tiap-tiap aspek dari AQ yakni; control, origin and ownership, reach, dan endurance. Hasil questioner menunjukkan bahwa AQ masing-masing guru relatif tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa guru-guru mampu menghadapi kesulitan dalam mengajar siswa ABK karena memiliki AQ yang relatif tinggi.