Abstract. The impact of parental divorce stressful for the child, the child becomes depressed, sad, embarrassed make children vulnerable to falling prey to a negative environment. Negative environment makes them resolve problems with damage yourself or others, such as the use of drugs, theft, violence, to sexual harassment. It became adolescents who have problems with the law and in the criminal acts in LPKA Class II Bandung. Teenagers who come from divorced families in LPKA exhibit a self-confident, and exhibit a positive environment. The purpose of this study is to describe the troubled Resilience in adolescents from divorced family law at the Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Class II Bandung. This study uses population studies, with research subjects were 22 teenagers. The method used in this research is descriptive study. Collecting data in this study using a questionnaire about Resilience CYRM-28 from Michael Ungar. The results showed that the image of Resilience in adolescents with problems of family law divorce in LPKA Class II Bandung low, with the result that adolescents have low resilience as many as 13 people (59.1%), while high resilience as many as 9 people (40.9%). Abstrak. Dampak dari perceraian orang tua mengakibatkan stress bagi anak, anak menjadi murung, sedih, malu membuat anak rentan terjerumus kepada lingkungan yang negatif. Lingkungan yang negatif membuat mereka menyelesaikan masalah dengan merusak diri sendiri ataupun orang lain, seperti menggunakan obat-obatan, pencurian, melakukan kekerasan, hingga pelecehan seksual. Hal tersebut menjadi remaja yang bermasalah dengan hukum dan di tindak pidana di LPKA Kelas II Bandung. Remaja yang berasal dari keluarga bercerai di LPKA menunjukan perilaku percaya diri, dan menunjukan perilaku positif dengan lingkungannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Resilience pada remaja yang bermasalah hukum dari keluarga bercerai di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung. Penelitian ini menggunakan studi populasi, dengan subjek penelitian sebanyak 22 remaja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner mengenai Resilience CYRM-28 dari Michael Ungar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa gambaran Resilience pada remaja yang bermasalah hukum dari keluarga bercerai di LPKA Kelas II Bandung rendah, dengan hasil remaja yang memiliki resiliensi rendah sebanyak 13 orang (59.1%) sedangkan resiliensi tinggi sebanyak 9 orang (40.9%).
Dampak dari perceraian orang tua mengakibatkan stress bagi anak, anak menjadi murung, sedih, malu membuat anak rentan terjerumus kepada lingkungan yang negatif. Lingkungan yang negatif membuat mereka menyelesaikan masalah dengan merusak diri sendiri ataupun orang lain, seperti menggunakan obat-obatan, pencurian, melakukan kekerasan, hingga pelecehan seksual. Hal tersebut menjadi remaja yang bermasalah dengan hukum dan di tindak pidana di LPKA Kelas II Bandung. Remaja yang berasal dari keluarga bercerai di LPKA menunjukan perilaku percaya diri, dan menunjukan perilaku positif dengan lingkungannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Resilience pada remaja yang bermasalah hukum dari keluarga bercerai di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung. Penelitian ini menggunakan studi populasi, dengan subjek penelitian sebanyak 22 remaja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner mengenai Resilience CYRM-28 dari Michael Ungar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa gambaran Resilience pada remaja yang bermasalah hukum dari keluarga bercerai di LPKA Kelas II Bandung rendah, dengan hasil remaja yang memiliki resiliensi rendah sebanyak 13 orang (59.1%) sedangkan resiliensi tinggi sebanyak 9 orang (40.9%).