Abstract. Diabetes Mellitus (DM) is a disease characterized by an increase in blood sugar levels are continuous and varied. Diabetic ulcers are one of the most serious complications of diabetes mellitus and disabling. If a diabetic ulcer has occurred, then the patient will be at high risk for amputation. There are 14 patients of diabetic ulcer complication after amputation at Hasan Sadikin General Hospital Bandung. They are able to rise from adversity by doing various positive things called resilience. Wagnild (2014) defines resilience as the capacity individuals have to grow and adapt positively despite the constant stress. Resilience consists of 5 aspects, meaningfulness, perseverance, equanimity, self reliance and existential aloneness. Resilience can make someone better explain his life, making it able to be active even if the physical condition is not perfect. This study used descriptive study method with 14 subjects. The measuring tool used in this research is Resilience scale 25 (RS-25), with reliability 0,973. From the results of the study, 3 patients (21.43%) had very high resilience, 5 patients (35.71%) had high resilience, 2 patients (14.29%) had average resilience, 2 patients (14.29 %) had below average resilience, 1 patient (7.14%) had low resilience and 1 patient (7.14%) had very low resilience.Keywords: Resilience, Diabetic Ulcer Complications, Amputation, Persadia Abstrak. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi. Ulkus diabetik adalah salah satu komplikasi DM yang paling serius dan melumpuhkan. Jika sudah terjadinya ulkus diabetik, maka pasien akan beresiko tinggi untuk dilakukan amputasi. Terdapat 14 pasien komplikasi ulkus diabetik pasca amputasi di RSUP Hasan Sadikin. Mereka mampu bangkit dari keterpurukannya dengan melakukan berbagai hal positif yang disebut dengan resiliensi. Wagnild (2014) mendefinisikan resiliensi sebagai kapasitas yang dimiliki individu untuk berkembang dan menyesuaikan diri secara positif meskipun adanya stres yang dirasakan terus-menerus. Resiliensi terdiri dari 5 aspek, meaningfulness, perseverance, equanimity, self reliance dan existential aloneness. Resiliensi dapat membuat seseorang lebih memaknakan hidupnya, membuatnya mampu untuk dapat beraktivitas walaupun dengan kondisi fisik yang sudah tidak sempurna. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif dengan subjek berjumlah 14 orang pasien. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Resilience scale 25 (RS-25), dengan reliabilitas 0,973. Dari hasil penelitian, sebanyak 3 pasien (21,43%) memiliki resiliensi sangat tinggi, 5 pasien (35,71%) memiliki resiliensi tinggi, 2 pasien (14,29%) memiliki resiliensi rata-rata, 2 pasien (14,29%) memiliki resiliensi dibawah rata-rata, 1 pasien (7,14%) memiliki resiliensi rendah dan 1 pasien (7,14%) memiliki resiliensi sangat rendah. Kata Kunci : Resiliensi, Komplikasi Ulkus diabetik, Amputasi, Persadia
Abstract. Diabetes Mellitus (DM) is a disease characterized by an increase in blood sugar levels are continuous and varied. Diabetic ulcers are one of the most serious complications of diabetes mellitus and disabling. If a diabetic ulcer has occurred, then the patient will be at high risk for amputation. There are 14 patients of diabetic ulcer complication after amputation at Hasan Sadikin General Hospital Bandung. They are able to rise from adversity by doing various positive things called resilience. Wagnild (2014) defines resilience as the capacity individuals have to grow and adapt positively despite the constant stress. Resilience consists of 5 aspects, meaningfulness, perseverance, equanimity, self reliance and existential aloneness. Resilience can make someone better explain his life, making it able to be active even if the physical condition is not perfect. This study used descriptive study method with 14 subjects. The measuring tool used in this research is Resilience scale 25 (RS-25), with reliability 0,973. From the results of the study, 3 patients (21.43%) had very high resilience, 5 patients (35.71%) had high resilience, 2 patients (14.29%) had average resilience, 2 patients (14.29 %) had below average resilience, 1 patient (7.14%) had low resilience and 1 patient (7.14%) had very low resilience.Keywords: Resilience, Diabetic Ulcer Complications, Amputation, Persadia Abstrak. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi. Ulkus diabetik adalah salah satu komplikasi DM yang paling serius dan melumpuhkan. Jika sudah terjadinya ulkus diabetik, maka pasien akan beresiko tinggi untuk dilakukan amputasi. Terdapat 14 pasien komplikasi ulkus diabetik pasca amputasi di RSUP Hasan Sadikin. Mereka mampu bangkit dari keterpurukannya dengan melakukan berbagai hal positif yang disebut dengan resiliensi. Wagnild (2014) mendefinisikan resiliensi sebagai kapasitas yang dimiliki individu untuk berkembang dan menyesuaikan diri secara positif meskipun adanya stres yang dirasakan terus-menerus. Resiliensi terdiri dari 5 aspek, meaningfulness, perseverance, equanimity, self reliance dan existential aloneness. Resiliensi dapat membuat seseorang lebih memaknakan hidupnya, membuatnya mampu untuk dapat beraktivitas walaupun dengan kondisi fisik yang sudah tidak sempurna. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif dengan subjek berjumlah 14 orang pasien. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Resilience scale 25 (RS-25), dengan reliabilitas 0,973. Dari hasil penelitian, sebanyak 3 pasien (21,43%) memiliki resiliensi sangat tinggi, 5 pasien (35,71%) memiliki resiliensi tinggi, 2 pasien (14,29%) memiliki resiliensi rata-rata, 2 pasien (14,29%) memiliki resiliensi dibawah rata-rata, 1 pasien (7,14%) memiliki resiliensi rendah dan 1 pasien (7,14%) memiliki resiliensi sangat rendah. Kata Kunci : Resiliensi, Komplikasi Ulkus diabetik, Amputasi, Persadia