Abstract. Islamic boarding schools have full activity in a wide variety of learning patterns by strict rules. Boarding school is regarded as one of the institutions that are considered as a vulnerable spot in the spread of terrorism in the name of religious fanaticism. This is due to the strong activity of individual religious rituals but without meaning good values therein that are social. However, SMA Khadimul Ummah Daruut Tauhiid, schools with leadership learning model is able to interpret the activities of daily rituals and social activities as a goal being done in order to prepare for life after death. It supports the development of the character of a leader in service-oriented and have a positive impact on the environment. This research tries to depict spirituality on students. Spirituality is an individual effort to understand the meaning of personal extensively about life after death. Researchers used a modified measuring devices spirituality of Spiritual Transendence Scale with the number of participants 50 people in class XI. Based on this research, shows that there are 25 people (50%) students have a high spirituality while 25 people (50%) other students had low spirituality. The highest spirituality aspect of the connectedness of 20 people (58%). Junior high school education background factors known to contribute to increase spirituality. Abstrak. Pendidikan pesantren memiliki kegiatan penuh dalam berbagai macam pola pembelajaran yang disertai dengan aturan yang ketat. Pesantren dianggap sebagai salah satu lembaga yang dianggap sebagai tempat yang rentan dalam penyebaran terorisme atasnama fanatisme agama. Hal ini disebabkan kuatnya aktivitas ritual keagamaan bersifat individual namun tidak disertai dengan pemaknaan nilai-nilai kebaikan didalamnya yang bersifat sosial. Namun, SMA Khadimul Ummah Daruut Tauhiid, pesantren dengan model pembelajaran kepemimpinan mampu memaknai aktivitas ritual sehari-hari dan aktivitas sosial sebagai tujuan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Hal in mendukung perkembangan karakter pemimpin yang berorientasi pada pelayanan dan memberikan dampak positif pada lingkungan. Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan spirituality pada santri. Spirituality adalah upaya individu untuk memahami makna pribadi secara luas tentang kehidupan setelah kematian. Peneliti menggunakan alat ukur spirituality yang dimodifikasi dari Spiritual Transendence Scale dengan jumlah partisipan 50 orang di kelas XI. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan terdapat 25 orang (50%) santri memiliki spirituality tinggi sementara 25 orang (50%) santri lainnya memiliki spirituality rendah. Aspek spirituality tertinggi yakni connectedness sebesar 20 orang (58%). Faktor latar belakang pendidikan SMP diketahui memberikan kontribusi meningkatkan spirituality.
Pendidikan pesantren memiliki kegiatan penuh dalam berbagai macam pola pembelajaran yang disertai dengan aturan yang ketat. Pesantren dianggap sebagai salah satu lembaga yang dianggap sebagai tempat yang rentan dalam penyebaran terorisme atasnama fanatisme agama. Hal ini disebabkan kuatnya aktivitas ritual keagamaan bersifat individual namun tidak disertai dengan pemaknaan nilai-nilai kebaikan didalamnya yang bersifat sosial. Namun, SMA Khadimul Ummah Daruut Tauhiid, pesantren dengan model pembelajaran kepemimpinan mampu memaknai aktivitas ritual sehari-hari dan aktivitas sosial sebagai tujuan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Hal in mendukung perkembangan karakter pemimpin yang berorientasi pada pelayanan dan memberikan dampak positif pada lingkungan. Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan spirituality pada santri. Spirituality adalah upaya individu untuk memahami makna pribadi secara luas tentang kehidupan setelah kematian. Peneliti menggunakan alat ukur spirituality yang dimodifikasi dari Spiritual Transendence Scale dengan jumlah partisipan 50 orang di kelas XI. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan terdapat 25 orang (50%) santri memiliki spirituality tinggi sementara 25 orang (50%) santri lainnya memiliki spirituality rendah. Aspek spirituality tertinggi yakni connectedness sebesar 20 orang (58%). Faktor latar belakang pendidikan SMP diketahui memberikan kontribusi meningkatkan spirituality.