Merantau merupakan budaya yang dilestarikan kelompok etnik Minang. Salah satu tujuan merantau adalah berkuliah. Bandung menjadi pilihan banyak orang untuk berkuliah. Mahasiswa perantau akan merasakan gegar budaya yaitu proses menghadapi perubahan saat berada di lingkungan asing dan akan berkurang sampai 12 bulan pertama. Meskipun sudah hampir setahun tinggal di Bandung, ada beberapa mahasiswa yang masih mengalami gegar budaya dan belum sepenuhnya beradaptasi. Tingkat adaptasinya menentukan kepuasan tinggal di Bandung. Tujuan penelitian ini memperoleh data empiris keeratan Hubungan Adaptasi Sosiokultural dengan Subjective well-being (SWB) Mahasiswa Kelompok Etnik Minang di Bandung. Teori yang digunakan yaitu Adaptasi Sosiokultural dari Wilson (2013) dan SWB dari Diener (2000). Metode yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman dengan sampel 150 orang. Alat ukur berupa kuesioner adaptasi sosiokultural menggunakan Sociocultural Adaptation Scale – Revised dari Wilson (2013) dan ;SWB menggunakan Satisfaction with Life Scale dari Diener (2000). Hasil penelitian menunjukan terdapat korelasi positif antara Adaptasi Sosiokultural dengan SWB dengan tingkat keeratan sedang (r=0.570), hubungan Adaptasi Sosiokultural aspek komunikasi interpersonal dengan SWB memiliki keeratan sedang (r=0,505), hubungan Adaptasi Sosiokultural aspek keberhasilan akademik dengan SWB memiliki keeratan sedang (r=0,412), hubungan Adaptasi Sosiokultural aspek minat personal dan keterlibatan suatu komunitas dengan SWB memiliki keeratan rendah (r=0,351), hubungan Adaptasi Sosiokultural aspek adaptasi ekologi dengan SWB memiliki keeratan sedang (r=0,409), hubungan Adaptasi Sosiokultural aspek kelancaran bahasa dengan SWB memiliki keeratan rendah (r=0.358).