SLB-C Islam teachers are teachers graduated from special education that specially teaching and educating drifters or undeveloped children. Teachers found many difficulties and obstacles such as teaching subjects which are not on their expertise so they must teach them in differen approach, they must face students’ anger and bad habits come their homes. In this case, some teachers see those as a challenge, some see as an easy problem or a hard problem that cannot be solved. How the teacher see those problems describe Adversity Quotient. The objective of the study is to describe Adversity Quotient on SLB-C Islam teachers in Bandung. The method used is descriptive study with 20 teachers of SLB-C Islam as the sample. Analysis technique used is frequentcy distrubution data analysis. The results show that 11 teachers have low Adversity Quotient (camper) and 9 teachers have high adversity Quotient (climber), it means that those teacher have responsibility, do not much blame themselves, have a strong control. However, they remain seeing those problems as long-lasting problems.
Guru SLB-C Islam adalah guru-guru lulusan dari pendidikan luar biasa C yang khusus mengajar dan mendidik anak-anak tuna grahita atau anak-anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata. Dalam melakukan proses pembelajaran, guru merasakan adanya hambatan dan kesulitan seperti guru mengajar siswa yang bukan dari keahliannya sehingga dalam mengajar membutuhkan pendekatan yang berbeda, guru harus menghadapi perilaku tantrum siswa dan kebiasaan buruk yang dibawa oleh siswa dari rumah. Dalam menghadapi masalah tersebut ada guru yang memandang masalah tersebut sebagai tantangan, ada yang menganggap sebagai masalah yang dapat diselesaikan dan masalah yang tidak dapat diselesaikan. Bagaimana guru memandang masala tersebut menggambarkan mengenai Adversity Quotient. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran mengenai Adversity Quotient pada guru SLB-C Islam di Bandung. Metode yang digunakan yakni studi deskriptif dengan subjek penelitian seluruh guru yang mengajar di SLB-C Islam tersebut dengan jumlah 20 guru. Teknik analisis yang digunakan analisis data distribusi frekuensi dengan hasil yang didapat bahwa terdapat 11 guru yang memiliki Adversity Quotient sedang atau Camper dan sembilan guru memiliki Adversity Quotient tinggi atau Climber. Menggambarkan bahwa guru dalam mengajar siswa masih memiliki rasa bertanggung jawab, tidak menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, memiliki pengendalian yang kuat namun masih memandang permasalahan sebagai hal yang berlangsung lama.