Abstract. Study of the interrelationship of agricultural Activities on the development of agro-industries, Agribusiness, agro tourism and Agroforesri in the area of Ciwidey, Bandung Regency Agropolitan is based on the presence of the Regent Area based Agropolitan DECREE No. 3 of 2009 about Spatial Plan area of Bandung District which has determined its spatial utilization for each land use area agropolitan. In 2007 carried out the preparation of Masterplan Agropolitan Ciwidey District, which includes the three subdistricts, namely: (1) sub district of Ciwidey village; (2) Sub Pasirjambu; and (3) Sub Rancabali.This study departs from the notion of Region Development according to agropolitan Agro-based development of the region in order RTRWN, 2003, namely agricultural areas which grew and evolved since the passage of the system and the effort of agribusiness in Central agropolitan expected to serve and encourage agricultural development activities (agribusiness) in the surrounding area. In the framework of the development of the region in terintegras agropolitan.The purpose of this study was: first, terindentifikasi condition of capital and skill (Skill) communities that support at the level of agricultural productivity, both in identifying linkages, agribusiness industrial agriculture area, agroforestri and agro tourism in the area of Ciwidey, Agropolitan third formulate a pattern of linkages, agribusiness industrial agriculture activities, and existing ones are agroforestri, the fourth examines the interrelationship of agricultural activities on the development of agro-industries, agribusiness, agro tourism and agroforestri in the area of Ciwidey Agropolitan.Data source derived from the survey of primary and secondary. The technique of data collection was done through interviews, observation and documentation. The method uses a combination of approaches, methods of qualitative and quantitative methods. Methods of analysis of the Association (Linkage) 1989, Blakey will only use three of the six indicators for socioeconomic impacts as stated the existence of linkages between agricultural activities on the development of agro-industries, Agribusiness, agro tourism and Agroforestri in the region of the study, namely (1) the use of local goods from agriculture as a raw material for the industry, (2) use of workforce (workforce available in the area of Ciwidey Agropolitan) by agriculture and industry , (3) the entry of new investments in the form of new agricultural activities due to the existence of demand for industrial raw materials. Descriptive methods of analysis of the condition of capital and resources of society, and the determination of the structure of the Hierarchy Analysis Method of space.Results of the study indicate the magnitude of the Association, the relationship link between farming activities on the development of agro-industries, agro-tourism, agroforestri. As for the condition of capital that already most of the NGOs and the community resource conditions already provided training from the Government according the type of work done. Factors driving while being a barrier to the implementation of agro-industries, agribusiness, agro tourism and agroforestri include: HUMAN RESOURCES, capital, and institutional marketing. Through these linkages, agropolitan and Centre rural area interact with one another physically profitable. The existence of a pattern of interaction is expected to increase the added value (value added) production area so that rural development can agropolitan spurred and rural-urban migration that is happening can be controlled.Abstrak. Kajian Keterkaitan Kegiatan Pertanian Terhadap Perkembangan Agroindustri, Agrobisnis, Agroforesri dan Agrowisata di Kawasan Agropolitan Ciwidey, Kabupaten Bandung ini berlandaskan adanya Kawasan Agropolitan berdasarkan SK Bupati No. 3 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung dimana telah ditentukan pemanfaatan ruangnya untuk setiap penggunaan lahan kawasan agropolitan. Pada tahun 2007 dilakukan penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey, yang meliputi tiga kecamatan yaitu: (1) Kecamatan Ciwidey; (2) Kecamatan Pasirjambu; dan (3) Kecamatan Rancabali. Kajian ini berangkat dari pengertian Kawasan agropolitan menurut Pengembangan Kawasan Agro Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Berbasis RTRWN, 2003, yaitu kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agropolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan secara terintegras. Tujuan dari kajian ini adalah: pertama, terindentifikasi kondisi permodalan dan keterampilan (Skill) masyarakat yang mendukung pada tingkat produktifitas pertanian, kedua teridentifikasi keterkaitan kawasan agroindustri, agrobisnis, agroforestri dan agrowisata di Kawasan Agropolitan Ciwidey, ketiga merumuskan pola keterkaitan kegiatan agroindustri, agrobisnis, agroforestri dan agrowisata eksisting, keempat mengkaji keterkaitan kegiatan pertanian terhadap perkembangan agroindustri, agrobisnis, agroforestri dan agrowisata di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Sumber data berasal dari survey primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode menggunakan pendekatan kombinasi, metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode Analisis Keterkaitan (Linkage) Blakey 1989, hanya akan menggunakan tiga dari enam dampak sosioekonomi sebagai indikator untuk menyatakan adanya keterkaitan antara kegiatan pertanian terhadap perkembangan Agroindustri, Agrobisnis, Agroforestri dan Agrowisata di wilayah kajian, yaitu (1) Penggunaan barang lokal dari pertanian sebagai bahan baku bagi industri, (2) Penggunaan tenaga kerja (tenaga kerja yang tersedia di Kawasan Agropolitan Ciwidey) oleh pertanian dan industri, (3) masuknya investasi baru dalam bentuk kegiatan pertanian baru disebabkan keberadaan permintaan bahan baku industri. Metode Analisis Deskriptif Kondisi Permodalan dan Sumberdaya Masyarakat, dan Metode Analisis Penentuan Hirarki Struktur Ruang. Hasil kajian menunjukkan besaran keterkaitan, hubungan keterkaitan antara kegiatan pertanian terhadap perkembangan agroindustri, agroforestri, agrowisata. Adapun kondisi permodalan yang sudah sebagian besar swadaya masyarakat dan kondisi sumberdaya masyarakat yang sudah dibekali pelatihan dari pemerintah sesuai jenis usaha yang dilakukan. Faktor-faktor yang menjadi pendorong sekaligus penghambat pelaksanaan agroindustri,agrobisnis, agroforestri dan agrowisata antara lain: SDM, permodalan, pemasaran dan kelembagaan. Melalui keterkaitan tersebut, pusat agropolitan dan kawasan perdesaan berinteraksi satu sama lain secara menguntungkan. Dengan adanya pola interaksi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produksi kawasan agropolitan sehingga pembangunan perdesaan dapat dipacu dan migrasi desa-kota yang terjadi dapat dikendalikan
Kajian Keterkaitan Kegiatan Pertanian Terhadap Perkembangan Agroindustri, Agrobisnis, Agroforesri dan Agrowisata di Kawasan Agropolitan Ciwidey, Kabupaten Bandung ini berlandaskan adanya Kawasan Agropolitan berdasarkan SK Bupati No. 3 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung dimana telah ditentukan pemanfaatan ruangnya untuk setiap penggunaan lahan kawasan agropolitan. Pada tahun 2007 dilakukan penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey, yang meliputi tiga kecamatan yaitu: (1) Kecamatan Ciwidey; (2) Kecamatan Pasirjambu; dan (3) Kecamatan Rancabali. Kajian ini berangkat dari pengertian Kawasan agropolitan menurut Pengembangan Kawasan Agro Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Berbasis RTRWN, 2003, yaitu kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agropolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan secara terintegras. Tujuan dari kajian ini adalah: pertama, terindentifikasi kondisi permodalan dan keterampilan (Skill) masyarakat yang mendukung pada tingkat produktifitas pertanian, kedua teridentifikasi keterkaitan kawasan agroindustri, agrobisnis, agroforestri dan agrowisata di Kawasan Agropolitan Ciwidey, ketiga merumuskan pola keterkaitan kegiatan agroindustri, agrobisnis, agroforestri dan agrowisata eksisting, keempat mengkaji keterkaitan kegiatan pertanian terhadap perkembangan agroindustri, agrobisnis, agroforestri dan agrowisata di Kawasan Agropolitan Ciwidey.Sumber data berasal dari survey primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode menggunakan pendekatan kombinasi, metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode Analisis Keterkaitan (Linkage) Blakey 1989, hanya akan menggunakan tiga dari enam dampak sosioekonomi sebagai indikator untuk menyatakan adanya keterkaitan antara kegiatan pertanian terhadap perkembangan Agroindustri, Agrobisnis, Agroforestri dan Agrowisata di wilayah kajian, yaitu (1) Penggunaan barang lokal dari pertanian sebagai bahan baku bagi industri, (2) Penggunaan tenaga kerja (tenaga kerja yang tersedia di Kawasan Agropolitan Ciwidey) oleh pertanian dan industri, (3) masuknya investasi baru dalam bentuk kegiatan pertanian baru disebabkan keberadaan permintaan bahan baku industri. Metode Analisis Deskriptif Kondisi Permodalan dan Sumberdaya Masyarakat, dan Metode Analisis Penentuan Hirarki Struktur Ruang. Hasil kajian menunjukkan besaran keterkaitan, hubungan keterkaitan antara kegiatan pertanian terhadap perkembangan agroindustri, agroforestri, agrowisata. Adapun kondisi permodalan yang sudah sebagian besar swadaya masyarakat dan kondisi sumberdaya masyarakat yang sudah dibekali pelatihan dari pemerintah sesuai jenis usaha yang dilakukan. Faktor-faktor yang menjadi pendorong sekaligus penghambat pelaksanaan agroindustri,agrobisnis, agroforestri dan agrowisata antara lain: SDM, permodalan, pemasaran dan kelembagaan. Melalui keterkaitan tersebut, pusat agropolitan dan kawasan perdesaan berinteraksi satu sama lain secara menguntungkan. Dengan adanya pola interaksi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produksi kawasan agropolitan sehingga pembangunan perdesaan dapat dipacu dan migrasi desa-kota yang terjadi dapat dikendalikan