The technology used in this research is CUPO (Coal Upgrading Palm Oil) technology. Coal samples were taken from Sorong and Jambi. Both samples are upgraded separately by the same method. Coal sample was mixed with 5% PFAD and 10% PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) by weight of coal. Each mixing heated at a temperature of 200oC and 250oC for 8 hours. After the process of upgrading, the quality of coal increased (based on the results of the proximate analysis). Moisture content decreases while the calorific value increases. FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy) analysis shows that upgrading process lowers the value of RCH3/RCH2 & Rar/al, and increasing the RCOO-/ar dan RCO/ar. Aromatic bond is reduced, whereas the aliphatic bond increased. So that the coal would be easier to be burned to produce energy. DTA/TGA (Differential Thermal Analysis / Thermogravimetric Analysis) analysis shows that initial combustion temperature (Tig) in the Jambi coal sample is lower than Sorong coal. The highest Rmax value contained on a sample coal of Sorong with the addition of 10% PFAD and heated at a temperature of 250oC, with a value of 0,90 mg/min. Tmax indicates the temperature at which the highest peak in the TGA is achieved. The sample coal of Sorong has highest Tmax value which is 372,4°C at addition of 5% PFAD and heated at a temperature of 250oC. Teknologi upgrading yang digunakan pada penelitian ini adalah teknologi CUPO. Sampel batubara yang digunakan berasal dari Sorong dan Jambi. Kedua sampel tersebut dilakukan upgrading secara terpisah dengan metode yang sama. Sampel batubara ditambahkan PFAD (Palm Fatty Acid Destillate) 5% dan 10% berat batubara. Masing – masing pencampuran dipanaskan pada suhu 200oC dan 250oC selama 8 jam. Berdasarkan hasil analisis proksimat, sebelum dilakukan proses upgrading, kualitas batubara Sorong lebih rendah daripada batubara Jambi. Setelah dilakukan upgrading, kualitas sampel batubara meningkat. Batubara Sorong menjadi lebih baik daripada batubara Jambi. Hasil analisis FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy) menunjukan bahwa proses upgrading menurunkan nilai RCH3/RCH2 dan Rar/al serta meningkatkan RCOO-/ar dan RCO/ar, ikatan aromatik berkurang sedangkan ikatan alifatik meningkat, sehingga batubara tersebut akan lebih mudah untuk dibakar menghasilkan energi. Hasil analisis DTA/TGA (Differential Thermal Analysis / Thermogravimetric Analysis) menunjukan bahwa suhu pembakaran awal (Tig) sampel batubara Jambi lebih rendah daripada batubara Sorong, sehingga sampel batubara Sorong memiliki kecenderungan terjadinya swabakar yang rendah. Nilai Rmax tertinggi terdapat pada batubara sampel Sorong dengan penambahan 10% PFAD dan pemanasan pada suhu 250oC, dengan nilai 0,90 mg / min. Tmax menunjukan suhu dimana puncak tertinggi pada DTA dicapai, nilai tertinggi Tmax terdapat pada batubara Sorong dengan nilai 372,4 oC, pada campuran PFAD 5% dan suhu 250oC.
Teknologi upgrading yang digunakan pada penelitian ini adalah teknologi CUPO. Sampel batubara yang digunakan berasal dari Sorong dan Jambi. Kedua sampel tersebut dilakukan upgrading secara terpisah dengan metode yang sama. Sampel batubara ditambahkan PFAD (Palm Fatty Acid Destillate) 5% dan 10% berat batubara. Masing – masing pencampuran dipanaskan pada suhu 200oC dan 250oC selama 8 jam. Berdasarkan hasil analisis proksimat, sebelum dilakukan proses upgrading, kualitas batubara Sorong lebih rendah daripada batubara Jambi. Setelah dilakukan upgrading, kualitas sampel batubara meningkat. Batubara Sorong menjadi lebih baik daripada batubara Jambi. Hasil analisis FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy) menunjukan bahwa proses upgrading menurunkan nilai RCH3/RCH2 dan Rar/al serta meningkatkan RCOO-/ar dan RCO/ar, ikatan aromatik berkurang sedangkan ikatan alifatik meningkat, sehingga batubara tersebut akan lebih mudah untuk dibakar menghasilkan energi. Hasil analisis DTA/TGA (Differential Thermal Analysis / Thermogravimetric Analysis) menunjukan bahwa suhu pembakaran awal (Tig) sampel batubara Jambi lebih rendah daripada batubara Sorong, sehingga sampel batubara Sorong memiliki kecenderungan terjadinya swabakar yang rendah. Nilai Rmax tertinggi terdapat pada batubara sampel Sorong dengan penambahan 10% PFAD dan pemanasan pada suhu 250oC, dengan nilai 0,90 mg / min. Tmax menunjukan suhu dimana puncak tertinggi pada DTA dicapai, nilai tertinggi Tmax terdapat pada batubara Sorong dengan nilai 372,4 oC, pada campuran PFAD 5% dan suhu 250oC.