dc.contributor |
Fakultas Teknik |
|
dc.contributor |
|
|
dc.creator |
Putra, Eggy Maulana |
|
dc.creator |
Munir, Stefano |
|
dc.creator |
Sriyanti, Sriyanti |
|
dc.date |
2018-01-26 |
|
dc.date.accessioned |
2019-09-12T01:46:50Z |
|
dc.date.available |
2019-09-12T01:46:50Z |
|
dc.identifier |
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/pertambangan/article/view/9494 |
|
dc.identifier.uri |
http://hdl.handle.net/123456789/22550 |
|
dc.description |
Abstract. The use of fossil fuels (fuel oil and coal) is dominant to produce energy in order to meet the needs of human life.Until now, the use of coal as a fuel in power plants is considered very economical,So that utilization is increasing despite produces carbon emissions that can interfere with the environment.Biomass is a renewable energy source that has not been widely used.Combustion of biomass following the reverse reaction of photosynthesis that is known as CO2 neutral. Therefore, substitution of coal with biomass portion is expected to reduce GRK emissions and to reduce carbon emissions.In other words, the combustion produces carbon, whereas biomass absorbs carbon as it grows, so that the life cycle of biomass from planting to be converted into electrical energy can produce a very small carbon footprint.In this case, the technology of solid fuel burning two different conventional simultaneously (co-firing), can partially replace fossil fuels, especially coal, in order to implement a policy of conservation and diversification of energy resources.Testing co-firing combustion system itself uses ingredients of low rank coal and sawdust.provision of standard ESDM ministry in getting the best results in the mixing of coal and sawdust, with optimum conditions based use was at 80% blending of coal: 20% sawdust.Keywords: Co-firing, Coal, Biomass, Ash Properties, CaloriesAbstrak.Penggunaan bahan bakar fosil (bahan bakar minyak dan batubara) sangat dominan untuk menghasilkan energi guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sampai dengan saat ini penggunaan batubara sebagai bahan bakar pada pembangkit tenaga listrik dinilai sangat ekonomis, sehingga pemanfaatannya semakin meningkat walaupun menghasilkan emisi karbon yang dapat mengganggu lingkungan. Biomasa merupakan sumber energi terbarukan yang belum banyak dimanfaatkan. Pembakaran biomasa mengikuti reaksi balik (reverse reaction) dari fotosintesis sehingga dikenal sebagai CO2 neutral. Karena itu substitusi sebagian batubara dengan biomasa diharapkan akan menurunkan emisi GRK dan dapat mengurangi emisi karbon. Dengan kata lain pembakaran menghasilkan karbon, sedangkan biomasa menyerap karbon saat tumbuh, sehingga siklus hidup biomasa dari mulai penanaman sampai dikonversikanmenjadi energi listrik dapat menghasilkan emisi karbon yang sangat kecil. Dalam hal ini, teknologi pembakaran dua bahan bakar padat konvensional yang berbeda secara bersamaan (co-firing) dapat menggantikan sebagian bahan bakar fosil, terutama batubara, dalam rangka melaksanakan kebijakan konservasi dan diversifikasi sumber daya energi. Pengujian sistem pembakaran co-firing ini sendiri mengunakan bahan batubara peringkat rendah dan serbuk gergaji. Berdasarkan ketentuan dari standar kementrian ESDM di dapatkan hasil terbaik pada pencampuran batubara terhadap serbuk gergaji, dengan kondisi optimum berdasarkan pemanfaatanya pada pencampuran 80% batubara : 20% biomas.Kata Kunci: Co - firing, Batubara, Biomas, Sifat Abu, Kalori |
|
dc.description |
Abstract : The use of fossil fuels (fuel oil and coal) is dominant to produce energy in order to meet the needs of human life. Until now, the use of coal as a fuel in power plants is considered very economical, So that utilization is increasing despite produces carbon emissions that can interfere with the environment. Biomass is a renewable energy source that has not been widely used. Combustion of biomass following the reverse reaction of photosynthesis that is known as CO2 neutral. Therefore, substitution of coal with biomass portion is expected to reduce GRK emissions and to reduce carbon emissions. In other words, the combustion produces carbon, whereas biomass absorbs carbon as it grows, so that the life cycle of biomass from planting to be converted into electrical energy can produce a very small carbon footprint. In this case, the technology of solid fuel burning two different conventional simultaneously (co-firing), can partially replace fossil fuels, especially coal, in order to implement a policy of conservation and diversification of energy resources. Testing co-firing combustion system itself uses ingredients of low rank coal and sawdust. provision of standard ESDM ministry in getting the best results in the mixing of coal and sawdust, with optimum conditions based use was at 80% blending of coal : 20% sawdust.Keywords: Co-firing, Coal, Biomass, Ash Properties, Calories Abstrak : Penggunaan bahan bakar fosil (bahan bakar minyak dan batubara) sangat dominan untuk menghasilkan energi guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sampai dengan saat ini penggunaan batubara sebagai bahan bakar pada pembangkit tenaga listrik dinilai sangat ekonomis, sehingga pemanfaatannya semakin meningkat walaupun menghasilkan emisi karbon yang dapat mengganggu lingkungan. Biomasa merupakan sumber energi terbarukan yang belum banyak dimanfaatkan. Pembakaran biomasa mengikuti reaksi balik (reverse reaction) dari fotosintesis sehingga dikenal sebagai CO2 neutral. Karena itu substitusi sebagian batubara dengan biomasa diharapkan akan menurunkan emisi GRK dan dapat mengurangi emisi karbon. Dengan kata lain pembakaran menghasilkan karbon, sedangkan biomasa menyerap karbon saat tumbuh, sehingga siklus hidup biomasa dari mulai penanaman sampai dikonversikan menjadi energi listrik dapat menghasilkan emisi karbon yang sangat kecil. Dalam hal ini, teknologi pembakaran dua bahan bakar padat konvensional yang berbeda secara bersamaan (co-firing) dapat menggantikan sebagian bahan bakar fosil, terutama batubara, dalam rangka melaksanakan kebijakan konservasi dan diversifikasi sumber daya energi. Pengujian sistem pembakaran co-firing ini sendiri mengunakan bahan batubara peringkat rendah dan serbuk gergaji. Berdasarkan ketentuan dari standar kementrian ESDM di dapatkan hasil terbaik pada pencampuran batubara terhadap serbuk gergaji, dengan kondisi optimum berdasarkan pemanfaatanya pada pencampuran 80% batubara : 20% biomas.Kata Kunci : Co - firing, batubara, biomas, sifat abu, kalori |
|
dc.format |
application/pdf |
|
dc.language |
eng |
|
dc.publisher |
Universitas Islam Bandung |
|
dc.relation |
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/pertambangan/article/view/9494/pdf |
|
dc.rights |
Copyright (c) 2018 Prosiding Teknik Pertambangan |
|
dc.source |
Prosiding Teknik Pertambangan; Vol 4, No 1, Prosiding Teknik Pertambangan (Februari, 2018); 73-79 |
|
dc.source |
Prosiding Teknik Pertambangan; Vol 4, No 1, Prosiding Teknik Pertambangan (Februari, 2018); 73-79 |
|
dc.source |
2460-6499 |
|
dc.subject |
Teknik Pertambangan |
|
dc.subject |
Co-firing, Batubara, Biomas, Sifat Abu, Kalori |
|
dc.subject |
|
|
dc.subject |
Co-firing, Coal, Biomass, Ash Properties, Calories |
|
dc.title |
Optimasi Kinerja Teknologi Co-Firing Batubara dengan Biomasa dalam Industri Pengguna Batubara |
|
dc.title |
OPTIMASI KINERJA TEKNOLOGI CO-FIRING BATUBARA DENGAN BIOMASA DALAM INDUSTRI PENGGUNA BATUBARA |
|
dc.type |
info:eu-repo/semantics/article |
|
dc.type |
info:eu-repo/semantics/publishedVersion |
|
dc.type |
Peer-reviewed Article |
|
dc.type |
Kuantitatif |
|
dc.type |
|
|