Universitas Islam Bandung Repository

Kajian Pembuatan Coal Water Mixture dari Batubara Sorong Sebelum dan Setelah Upgrading

Show simple item record

dc.contributor Fakultas Teknik
dc.contributor
dc.creator Pratama, Fajar Rio
dc.creator Solihin, Solihin
dc.creator Sriyanti, Sriyanti
dc.date 2018-01-26
dc.date.accessioned 2019-09-12T01:48:26Z
dc.date.available 2019-09-12T01:48:26Z
dc.identifier http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/pertambangan/article/view/9495
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/22633
dc.description Abstract. Indonesia has a potential coal resource of 126 billion tons and proven reserves of 88 billion tons, (Badan Geologi,  KESDM, 2015). However, the amount of coal reserves has not been able to be utilized optimally, including low rank coal (lignite). Therefore, CWM (Coal Water Mixture) technology is required. The advantage of CWM is that it has fluid flow properties, so it is expected to replace heavy fuel oil used in industries for power plants, cement plants, steam power plants and industries that use boilers as a steam producer. In this study using lignite coal derived from sorong. Sample used there are two that is Sorong coal before and after upgrading. Before the CWM of Sorong coal was made in the first upgrading using Hot Water Drying (HWD) technology in which coal is included in the autoclave. In autoclave the coal is drained so that the water inside the coal is reduced. CWM manufacture uses additive of roof (0.5%, 0.75% and 1%) and NSF (0.1%) of CWM weight. After mixing the sample was divided into 2 ie for viscosity testing and 1 week precipitation for stability test of precipitation. Coal before upgrading has a high viscosity value of 1190.4 mPas, whereas in coal after upgrading the resulting value is lower about 1027.4 mPas. Judging from the solid percent of coal before upgrading at the time CWM made solid percent produced 52% of 65%, while in Sorong coal after upgrading 62% from 65%. To find out how much of a good additive is seen from the precipitation stability chart which shows a relatively constant increase of each additive addition. is in addition of 0.75%. Good CWM is seen from viscosity (900-1000 mPas) and percent solid (≥60%). From sample of Sorong coal before and after in upgrading got good CWM that is using coal after upgrading with viscosity value 1027,4 mPas with 62 percent solid value and using additive 0,75%.Keywords: Coal Water Mixture, Viscositty, StabilityAbstrak. Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang potensial yaitu sebesar 126 milyar ton dan cadangan terbukti sebesar 88 milyar ton, (Badan Geologi, KESDM, 2015). Namun besarnya cadangan batubara tersebut belum mampu dimanfaatkan secara optimal, termasuk batubara peringkat rendah (lignit). Karena itu dibutuhkan teknologi CWM (Coal Water Mixture). Keuntungan dari CWM adalah memiliki sifat aliran fluida, sehingga diharapkan dapat menggantikan penggunaan minyak berat (heavy fuel oil) yang biasa digunakan di industri-industri untuk pembangkit listrik, pabrik semen, pembangkit tenaga uap dan industri-industri yang biasa menggunakan boiler sebagai penghasil uap.  Pada penelitian ini menggunakan batubara lignite yang berasal dari Sorong. Sampel yang digunakan ada dua yaitu batubara sebelum dan setelah upgrading. Sebelum dibuat CWM batubara di upgrade terlebih dahulu menggunakan teknologi Hot Water Drying (HWD) yang mana batubara dimasukan dalam autoclave dikeringkan sehingga air yang berada di dalam batubara berkurang. Pembuatan CWM menggunakan zat aditif atapul (0,5%, 0,75% dan 1%) dan NSF (0,1%) dari berat CWM. Setelah pencampuran sampel dibagi menjadi 2 yaitu untuk pengujian viskositas dan diendapkan 1 minggu untuk pengujian kestabilan pengendapan. Batubara sebelum upgrading memiliki nilai viskositas yang tinggi 1190,4 mPas, sedangkan pada batubara setelah upgrading nilai yang dihasilkan lebih rendah sekitar 1027,4 mPas. Dilihat dari persen solid batubara sebelum upgrading pada saat dibuat CWM persen solid yang dihasilkan 52% dari 65%, sedangkan pada batubara Sorong setelah upgrading 62% dari 65%. Untuk mengetahui berapa besar zat aditif yang baik dilihat dari grafik kestabilan pengendapan  yang dimana menunjukan kenaikan yang relatif konstan dari setiap penambahan aditif. berada pada penambahan sebesar 0,75%. CWM yang baik dilihat dari viskositas (900-1000 mPas) dan persen solid (≥60%). Dari sampel batubara Sorong sebelum dan setelah di upgrading didapatkan CWM yang baik yaitu menggunakan batubara  setelah upgrading dengan nilai viskositas 1027,4 mPas dengan nilai persen solid  62% serta menggunakan zat aditif sebesar 0,75%.Kata Kunci: Coal Water Mixture , Viskositas, Kestabilan
dc.description Abstract : Indonesia has a potential coal resource of 126 billion tons and proven reserves of 88 billion tons, (Badan Geologi,  KESDM, 2015). However, the amount of coal reserves has not been able to be utilized optimally, including low rank coal (lignite). Therefore, CWM (Coal Water Mixture) technology is required. The advantage of CWM is that it has fluid flow properties, so it is expected to replace heavy fuel oil used in industries for power plants, cement plants, steam power plants and industries that use boilers as a steam producer. In this study using lignite coal derived from sorong. Sample used there are two that is Sorong coal before and after upgrading. Before the CWM of Sorong coal was made in the first upgrading using Hot Water Drying (HWD) technology in which coal is included in the autoclave. In autoclave the coal is drained so that the water inside the coal is reduced. CWM manufacture uses additive of roof (0.5%, 0.75% and 1%) and NSF (0.1%) of CWM weight. After mixing the sample was divided into 2 ie for viscosity testing and 1 week precipitation for stability test of precipitation. Coal before upgrading has a high viscosity value of 1190.4 mPas, whereas in coal after upgrading the resulting value is lower about 1027.4 mPas. Judging from the solid percent of coal before upgrading at the time CWM made solid percent produced 52% of 65%, while in Sorong coal after upgrading 62% from 65%. To find out how much of a good additive is seen from the precipitation stability chart which shows a relatively constant increase of each additive addition. is in addition of 0.75%. Good CWM is seen from viscosity (900-1000 mPas) and percent solid (≥60%). From sample of Sorong coal before and after in upgrading got good CWM that is using coal after upgrading with viscosity value 1027,4 mPas with 62 percent solid value and using additive 0,75%.Keywords: Keywords : Coal Water Mixture, Viscositty, Stability Abstrak : Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang potensial yaitu sebesar 126 milyar ton dan cadangan terbukti sebesar 88 milyar ton, (Badan Geologi, KESDM, 2015). Namun besarnya cadangan batubara tersebut belum mampu dimanfaatkan secara optimal, termasuk batubara peringkat rendah (lignit). Karena itu dibutuhkan teknologi CWM (Coal Water Mixture). Keuntungan dari CWM adalah memiliki sifat aliran fluida, sehingga diharapkan dapat menggantikan penggunaan minyak berat (heavy fuel oil) yang biasa digunakan di industri-industri untuk pembangkit listrik, pabrik semen, pembangkit tenaga uap dan industri-industri yang biasa menggunakan boiler sebagai penghasil uap.  Pada penelitian ini menggunakan batubara lignite yang berasal dari Sorong. Sampel yang digunakan ada dua yaitu batubara sebelum dan setelah upgrading. Sebelum dibuat CWM batubara di upgrade terlebih dahulu menggunakan teknologi Hot Water Drying (HWD) yang mana batubara dimasukan dalam autoclave dikeringkan sehingga air yang berada di dalam batubara berkurang. Pembuatan CWM menggunakan zat aditif atapul (0,5%, 0,75% dan 1%) dan NSF (0,1%) dari berat CWM. Setelah pencampuran sampel dibagi menjadi 2 yaitu untuk pengujian viskositas dan diendapkan 1 minggu untuk pengujian kestabilan pengendapan. Batubara sebelum upgrading memiliki nilai viskositas yang tinggi 1190,4 mPas, sedangkan pada batubara setelah upgrading nilai yang dihasilkan lebih rendah sekitar 1027,4 mPas. Dilihat dari persen solid batubara sebelum upgrading pada saat dibuat CWM persen solid yang dihasilkan 52% dari 65%, sedangkan pada batubara Sorong setelah upgrading 62% dari 65%. Untuk mengetahui berapa besar zat aditif yang baik dilihat dari grafik kestabilan pengendapan  yang dimana menunjukan kenaikan yang relatif konstan dari setiap penambahan aditif. berada pada penambahan sebesar 0,75%. CWM yang baik dilihat dari viskositas (900-1000 mPas) dan persen solid (≥60%). Darisampel batubara Sorong sebelum dan setelah di upgrading didapatkan CWM yang baik yaitu menggunakan batubara  setelah upgrading dengan nilai viskositas 1027,4 mPas dengan nilai persen solid  62% serta menggunakan zat aditif sebesar 0,75%.Kata Kunci : Kata Kunci : Coal Water Mixture , viskositas, kestabilan
dc.format application/pdf
dc.language eng
dc.publisher Universitas Islam Bandung
dc.relation http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/pertambangan/article/view/9495/pdf
dc.rights Copyright (c) 2018 Prosiding Teknik Pertambangan
dc.source Prosiding Teknik Pertambangan; Vol 4, No 1, Prosiding Teknik Pertambangan (Februari, 2018); 80-86
dc.source Prosiding Teknik Pertambangan; Vol 4, No 1, Prosiding Teknik Pertambangan (Februari, 2018); 80-86
dc.source 2460-6499
dc.subject Teknik Pertambangan
dc.subject Coal Water Mixture , Viskositas, Kestabilan
dc.subject
dc.subject Coal Water Mixture, Viscositty, Stability
dc.title Kajian Pembuatan Coal Water Mixture dari Batubara Sorong Sebelum dan Setelah Upgrading
dc.title KAJIAN PEMBUATAN COAL WATER MIXTURE DARI BATUBARA SORONG SEBELUM DAN SETELAH UPGRADING
dc.type info:eu-repo/semantics/article
dc.type info:eu-repo/semantics/publishedVersion
dc.type Peer-reviewed Article
dc.type Kuantitatif
dc.type


Files in this item

Files Size Format View

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search Unisba Repository


Browse

My Account