Abstract. Purworejo is the one of the regency in Central Java which has rich natural resources and human resources. One of the various cultural traditions which is still preserved until now in Purworejo, exactly at Village Somongari, Subdistricts Kaligesing is merti-deso or bersih-desa and commonly called Jolenan. The research is dissected using qualitative method with the communication ethnography approach. Based on secondary data analysis, interview and observation to several respondent. The research result shows that the communicative situations in Adat Ceremony of Jolenan run with sacredly. The Adat Ceremony of Jolenan is the tradition held once in two years on Javanese calendar, that is Seloso Wage Day in Sapar Month. The communicative events in The Adat Ceremony of Jolenan is the tradition which contains mythical element in it. The main purpose of The Adat Ceremony of Jolenan is to express grateful and thankful to Allah SWT of the abundant crops, and also to grace the ancestor of Somongari Village, Kedono Kedini. There are ten stages in The Adat Ceremony of Jolenan, that is: cleaning the village and cemetery environment, making and garnishing Jolen, tirakatan night, kenduri, installing the sesaji, art performance, greeting, Jolen carnival, big kenduri and tayuban. The communicative act in The Adat Ceremony of Jolenan concerns about the statement of Somongari Village of crops given by Allah SWT and the request of Somongari society for the village they occupy always given plentiful crops continuallyKeywords: Traditional Communication, The Adat Ceremony of Jolenan, Ethnography of CommunicationAbstrak. Purworejo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang kaya akan sumber daya alam dan manusianya. Satu dari berbagai tradisi kebudayaan daerah yang sampai saat ini masih dilestarikan di Kabupaten Purworejo, tepatnya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing adalah merti-deso atau bersih-desa dan biasa disebut Jolenan. Penelitian ini dibedah menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi komunikasi. Untuk pendalaman analisis, dilakukan observasi dan wawancara dengan para responden yang berperan dalam Upacara Adat Jolenan. Hasil penelitian menunjukan bahwa situasi komunikatif dalam Upacara Adat Jolenan yaitu berjalan dengan sakral. Upacara Adat Jolenan merupakan tradisi yang dilakukan setiap dua tahun sekali pada penanggalan Jawa yaitu hari Seloso Wage pada Bulan Sapar. Peristiwa komunikatif dalam Upacara Adat Jolenan merupakan tradisi yang mengandung mitos di dalamnya, secara garis besar tujuan dilakukannya Upacara Adat Jolenan yaitu sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas hasil bumi yang melimpah dan juga sebagai penghormatan kepada leluhur Desa Somongari yaitu Eyang Kedono-Kedini, dalam ritual Upacara Adat Jolenan terdapat sepuluh tahapan di dalamnya yaitu: kebersihan lingkungan dan makam, membuat dan menghias Jolen, malam tirakatan, kenduri RT, pemasangan sesaji, pentas kesenian, acara sambutan, kirab Jolen, kenduri besar, dan tayuban. Tindak komunikatif dalam Upacara Adat Jolenan yaitu mengenai pernyataan masyarakat Desa Somongari atas hasil bumi yang diberikan Allah SWT dan permohonan masyarakat Desa Somongari agar desa yang ditempati mereka selalu diberikan kelimpahan hasil bumi secara terus menerus.Kata Kunci: Komunikasi Tradisional, Upacara Adat Jolenan, Etnografi Komunikasi
Upacara Adat Jolenan atau saparan merupakan tradisi merti-desa atau bersih-desa yang masih dilakukan hingga saat ini oleh masyarakat Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing di Kabupaten Purworejo. Untuk pendalaman analisis, dilakukan observasi dan wawancara dengan para responden yang berperan dalam Upacara Adat Jolenan. Hasil penelitian menunjukan bahwa situasi komunikatif dalam Upacara Adat Jolenan yaitu berjalan dengan sakral. Upacara Adat Jolenan merupakan tradisi yang dilakukan setiap dua tahun sekali pada penanggalan Jawa yaitu hari Seloso Wage pada Bulan Sapar. Peristiwa komunikatif dalam Upacara Adat Jolenan merupakan tradisi yang mengandung mitos di dalamnya, secara garis besar tujuan dilakukannya Upacara Adat Jolenan yaitu sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas hasil bumi yang melimpah dan juga sebagai penghormatan kepada leluhur Desa Somongari yaitu Eyang Kedono-Kedini, dalam ritual Upacara Adat Jolenan terdapat sepuluh tahapan di dalamnya yaitu: kebersihan lingkungan dan makam, membuat dan menghias Jolen, malam tirakatan, kenduri rt, pemasangan sesaji, pentas kesenian, acara sambutan, kirab Jolen, kenduri besar, dan tayuban. Tindak komunikatif dalam Upacara Adat Jolenan yaitu mengenai pernyataan masyarakat Desa Somongari atas hasil bumi yang diberikan Allah SWT dan permohonan masyarakat Desa Somongari agar desa yang ditempati mereka selalu diberikan kelimpahan hasil bumi secara terus menerus.