Universitas Islam Bandung Repository

Representasi Islamophobia dalam Film 3 ‘Alif Lam Mim’

Show simple item record

dc.contributor
dc.contributor
dc.creator Riawansyah, Rizal
dc.creator Umar, Tia Muthiah
dc.date 2017-01-26
dc.date.accessioned 2019-09-12T03:00:32Z
dc.date.available 2019-09-12T03:00:32Z
dc.identifier http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/Jurnalistik/article/view/6209
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/23270
dc.description Dalam film 3 'Alif Lam Mim', Islam dipandang sebelah mata. Ketakutan terhadap umat muslim yang dianggap sebagai terorisme dan identik dengan kekerasan menjadi isu utama dalam film. Teknik analisis semiotika merupakan disiplin ilmu yang cocok untuk mengungkap makna dibalik tanda-tanda yang dilihat dalam film. Teori tersebut mencakup analisis bahwa representasi Islamophobia dalam Film ‘3 Alif Lam Mim’, dapat dilihat dari Level realitas yang dikodekan melalui Penampilan, Lingkungan, Gerak Tubuh, Perilaku, dan Cara Berbiacara. Kemudian level representasi dimunculkan melalui kode berupa Kamera, Konflik, Aksi dan Percakapan. Lalu level  ideologi yang tampak dalam film adalah Etnosentrisme dan Kapitalisme. Adanya sikap skeptis menimbulkan prasangka negatif atas dasar perbandingan yang berakar menjadi Etnosentrisme. Sikap skeptis disini terbentuk karena muslim dipandang sebagai kaum minoritas yang harus ditindaklanjuti, di waspadai keberadaannya dengan alasan membahayakan bagi ketertiban umum. Berdasarkan dialog dan alur cerita pula mengindikasikan bahwa adanya pihak tertentu yang sengaja merekonstruksi, dimana media Libernesia yang memilih pers rilis dari Pimpinan Detasemen 38, yaitu Kolonel Mason demi mempertahankan sebuah ideologi media. Nampak bahwa Islamophobia itu muncul sebagai sebuah budaya yang sengaja diciptakan oleh pihak yang berkuasa.In the movie 3 ' Alif Lam Mim ', Islam considered one eye. Feared of Muslims is considered synonymous with terrorism and violence is a major issue in the film.  Analysis technique is the discipline of semiotics that lends it self to uncover the meaning behind the signs seen in the film. The theory is that the analysis includes the representation of Islamophobia in the movie ' 3 Alif Lam Mim ', can be seen from the Level of reality that is encoded through appearance, environment, Gestures, behaviors, and how to speaking. Then the level of representation is presented through the code in the form of a camera, conflict, action and conversation. Then level the ideology which looked in the movie is Etnosentrisme and capitalism. The existence of a negative bias raises skepticism on the basis of a comparison of the rooted into Etnosentrisme.  Skepticism here formed because Muslims are seen as minorities who should be followed up, in beware of its existence with a reason to endanger public order. Based on dialogue and story line also indicates that the presence of certain parties who intentionally reconstruct, where media Libernesia who choose the press release from the leader of Detachment 38, namely Colonel Mason for the sake of maintaining an ideology of the media. It appears that Islamophobia was emerging as a culture that deliberately created by the ruling party.
dc.description Dalam film 3 'Alif Lam Mim', Islam dipandang sebelah mata. Ketakutan terhadap umat muslim yang dianggap sebagai terorisme dan identik dengan kekerasan menjadi isu utama dalam film. Teknik analisis semiotika merupakan disiplin ilmu yang cocok untuk mengungkap makna dibalik tanda-tanda yang dilihat dalam film. Teori tersebut mencakup analisis bahwa representasi Islamophobia dalam Film ‘3 Alif Lam Mim’, dapat dilihat dari Level realitas yang dikodekan melalui Penampilan, Lingkungan, Gerak Tubuh, Perilaku, dan Cara Berbiacara. Kemudian level representasi dimunculkan melalui kode berupa Kamera, Konflik, Aksi dan Percakapan. Lalu level  ideologi yang tampak dalam film adalah Etnosentrisme dan Kapitalisme. Adanya sikap skeptis menimbulkan prasangka negatif atas dasar perbandingan yang berakar menjadi Etnosentrisme. Sikap skeptis disini terbentuk karena muslim dipandang sebagai kaum minoritas yang harus ditindaklanjuti, di waspadai keberadaannya dengan alasan membahayakan bagi ketertiban umum. Berdasarkan dialog dan alur cerita pula mengindikasikan bahwa adanya pihak tertentu yang sengaja merekonstruksi, dimana media Libernesia yang memilih pers rilis dari Pimpinan Detasemen 38, yaitu Kolonel Mason demi mempertahankan sebuah ideologi media. Nampak bahwa Islamophobia itu muncul sebagai sebuah budaya yang sengaja diciptakan oleh pihak yang berkuasa.
dc.format application/pdf
dc.language ind
dc.publisher Prosiding Jurnalistik
dc.publisher Prosiding Jurnalistik
dc.relation http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/Jurnalistik/article/view/6209/pdf
dc.rights Copyright (c) 2017 Prosiding Jurnalistik
dc.source Prosiding Jurnalistik; Vol 3, No 1, Prosiding Jurnalistik (Februari, 2017); 81-85
dc.source Prosiding Jurnalistik; Vol 3, No 1, Prosiding Jurnalistik (Februari, 2017); 81-85
dc.source 2460-6529
dc.subject Journalisme
dc.subject Islamophobia, movie 3, Anggy Umbara, Semiotics
dc.subject Ilmu Jurnalistik
dc.subject Islamophobia, Film 3, Anggy Umbara, Semiotika.
dc.title Representasi Islamophobia dalam Film 3 ‘Alif Lam Mim’
dc.title Representasi Islamophobia dalam Film 3 ‘Alif Lam Mim’
dc.type info:eu-repo/semantics/article
dc.type info:eu-repo/semantics/publishedVersion
dc.type Peer-reviewed Article
dc.type Qualitative
dc.type Kualitatif


Files in this item

Files Size Format View

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

  • Sp - Jurnalistik [280]
    Koleksi skripsi ringkas dalam format artikel Fakultas Komunikasi konsentrasi Jurnalistik

Show simple item record

Search Unisba Repository


Browse

My Account