Cerita pendek merupakan salah satu media alternatif dalam ranah sastra untuk menyampaikan pesan, situasi, serta pengalaman yang terkandung di dalamnya sebagai pembentuk realitas. Cerpen “Telinga” dalam antologi cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma menjadi objek dalam penelitian ini. Bentuk sastra yang mengangkat persoalan perihal bentrokan di Timor Timur silam ini adalah salah satu ekspresi yang merepresentasikan kegetiran masyarakat eks-Timor Timur dan disajikan dalam wujud dekonstruksi. Oleh karena itu penelitian ini ingin melihat bagaimana realitas yang sesungguhnya intim dengan kehidupan, disajikan melalui berbagai pemaknaan dan simbol-simbol pesan, sehingga disepakati menjadi fakta yang dianggap logis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis Norman Fairclough. Fairclough membagi tiga dimensi untuk menganalisis sebuah wacana—dimensi teks, praktik wacana (discourse practice), dan praktik sosial-budaya (sociocultural practice). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara analisis teks, studi kepustakaan, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karya tersebut mendeskripsikan tentang permasalahan mengenai isu konflik sosial dan politik. Terdapat beberapa fakta yang disamarkan, penggunaan gaya bahasa satire juga dimanfaatkan untuk meredam kekejaman yang ditampilkan pada teks cerpen. Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya stimuli dalam pemebentukan opini di masyarakat terhadap realitas kekerasan politik.. Kekerasan politik tersebut disepakati sebagai kekerasan terbuka dan offensive.The short story is one of the alternative media in the realm of literature to convey the message, situations, and experiences contained in it as a shaper of reality. Short story named "Telinga" in a Saksi Mata anthology by Seno Gumira become the object of this research. Literary form raised the issue concerning the clashes in East Timor earlier this is one of the expressions that reflect the bitterness of former East Timorese people were written in deconstructive view. Therefore, the purpose of the research wanted to see how the true reality intimate with life, are presented through a variety of meanings and symbols of the message, so agreed to be facts which are logical. This research uses a qualitative method and critical discourse analysis model of Norman Fairclough. Fairclough split three dimensions to analyze—dimensional text, discourse practice, and sociocultural practice. The data was collected by means of text analysis, literature studies, and interviews. The result shows that these works describe the problem on the issue of social and political conflict. There are some of the fact that camouflaged, use the language satire also be used to absorb atrocities shown in the text. This research also found the stimuli in establishment of opinion in the community againts the reality of violence politics. The violent political agreed as theviolence open and offensive.
Cerita pendek merupakan salah satu media alternatif dalam ranah sastra untuk menyampaikan pesan, situasi, serta pengalaman yang terkandung di dalamnya sebagai pembentuk realitas. Cerpen “Telinga” dalam antologi cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma menjadi objek dalam penelitian ini. Bentuk sastra yang mengangkat persoalan perihal bentrokan di Timor Timur silam ini adalah salah satu ekspresi yang merepresentasikan kegetiran masyarakat eks-Timor Timur dan disajikan dalam wujud dekonstruksi. Oleh karena itu penelitian ini ingin melihat bagaimana realitas yang sesungguhnya intim dengan kehidupan, disajikan melalui berbagai pemaknaan dan simbol-simbol pesan, sehingga disepakati menjadi fakta yang dianggap logis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis Norman Fairclough. Fairclough membagi tiga dimensi untuk menganalisis sebuah wacana—dimensi teks, praktik wacana (discourse practice), dan praktik sosial-budaya (sociocultural practice). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara analisis teks, studi kepustakaan, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karya tersebut mendeskripsikan tentang permasalahan mengenai isu konflik sosial dan politik. Terdapat beberapa fakta yang disamarkan, penggunaan gaya bahasa satire juga dimanfaatkan untuk meredam kekejaman yang ditampilkan pada teks cerpen. Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya stimuli dalam pemebentukan opini di masyarakat terhadap realitas kekerasan politik.. Kekerasan politik tersebut disepakati sebagai kekerasan terbuka dan offensive.