Universitas Islam Bandung Repository

Implementasi Makna Prinsip “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman” terhadap Produk Kebudayaan Kampung Adat Cireundeu

Show simple item record

dc.contributor Fakultas Ilmu Komunikasi
dc.creator Praditha, Vega Sakti
dc.creator Maryani, Anne
dc.date 2019-08-09
dc.identifier http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/mankom/article/view/18715
dc.description Abstract.Globalization is one of the causes of social change which results in changes both in institutions, institutions, and socio-cultural values (Social and Culture Values) that regulate community behavior in the order and structure of community, nation and state life. The community will gradually experience change as a necessity in sustaining life where change continues until one day the end of change is the end of social change. Responding to the issue of globalization as if giving birth to the scenario that maintaining culture becomes a figment. But it turns out, the era of globalization is not a problem for residents of Cireundeu Traditional Village who adhere to the principle of "Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman". To prove whether the principle was implemented, the researchers chose the cultural products of the residents of Cireundeu Traditional Village, namely 4 colors of clothing they wear in their daily lives. The purpose of this study was to determine the meaning of denotations and connotations of the 4 colors of clothing namely black, white, yellow, and red (1), and what myths contained in these 4 colors (2), also how the implementation of the principle of "Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman" to 4 the color of the clothes of the residents of Cireundeu Traditional Village (3). The research method carried out by the author is qualitative research that emphasizes deep understanding of a particular phenomenon, and uses more analysis and emphasizes the process of meaning. While for this research approach using Roland Barthes's semiotic approach. Where Roland Barthes's semiotic approach means something in denotation and connotation, and there is a myth that was born from the meaning of the connotation. The conclusion of this study is that the denotation meaning contained in the 4 colors of clothing (black, white, yellow, red) of Cireundeu Indigenous Village residents is nothing but just a variation of the color of clothing (1), while the connotation meaning contained is an embodiment of the 4 elements present in survival humans namely black symbolize the ground, yellow symbolizes air, red and white symbolize anger and patience (2). The myth that is contained is black which means land, explaining that humans come from the ground and will return to the ground. Yellow, which means wind, symbolizes the oxygen we always breathe so we can live every day. And red and white that symbolize anger and patience, where both things need to be balanced in life. the use of 4 colors of clothing (black, white, yellow, red) which until now is still being carried out, is a form of implementation of the principle of Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman, which means that humans must grow and develop by following the progress of the times but still preserving culture inherited from ancestors (3).Keywords: Implementation, Meaning, Principle, Culture ProductsAbstrak. Globalisasi merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan sosial yang mengakibatkan perubahan baik pada lembaga, pranata, dan nilai-nilai sosial budaya (Social and Culture Values) yang mengatur tingkah laku masyarakat dalam tatanan dan struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masyarakat lambat laun akan mengalami perubahan sebagai suatu kebutuhan dalam mempertahankan kehidupan dimana perubahan terus berjalan sampai suatu saat keujung perubahan yang menjadi batasan akhir perubahan sosial. Menanggapi persoalan globalisasi tersebut seolah-olah melahirkan skenario bahwa menjaga kebudayaan menjadi sebuah isapan jempol belak. Namun ternyata, era globalisasi bukan menjadi persoalan bagi warga Kampung Adat Cireundeu yang memegang teguh prinsip “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman”. Untuk membuktikan apakah prinsip tersebut diimplementasikan, maka peneliti memilih produk kebudayaan warga Kampung Adat Cireundeu yaitu 4 warna pakaian yang mereka pakai dalam keseharian.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna denotasi dan konotasi dari 4 warna pakaian yaitu hitam, putih, kuning, dan merah (1), serta apa mitos yang terkandung dalam 4 warna tersebut (2), juga bagaimana implementasi makna prinsip “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman” terhadap 4 warna pakaian warga Kampung Adat Cireundeu (3). Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penenlitian kualitatif yang menekankan pada pemahaman yang mendalam terhadap suatu fenomena tertentu, dan lebih banyak menggunakan analisis yang serta menekankan pada proses pemaknaan. Sedangkan untuk pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes. Dimana pendekatan semiotika Roland Barthes memaknai sesuatu secara denotasi dan konotasi, serta ada mitos yang terlahir dari makna konotasi tersebut. Kesimpulan penelitian ini adalah makna denotasi yang terkandung dalam 4 warna pakaian (hitam, putih, kuning, merah) warga Kampung Adat  Cireundeu tidak lain adalah hanya sebagai variasi warna pakaian (1), sedangkan makna konotasi yang terkandung merupakan sebuah perwujudan dari 4 unsur yang hadir dalam keberlangsungan hidup manusia yaitu hitam melambangkan tanah, kuning melambangkan angin, merah dan putih melambangkan amarah dan kesabaran (2). Mitos yang terkandung yaitu hitam yang berarti tanah, menjelaskan bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Kuning yang berarti angin, melambangkan oksigen yang selalu kita hirup sehingga kita bisa hidup setiap harinya. Serta merah dan putih yang melambangkan amarah serta kesabaran, dimana kedua hal tersebut perlulah seimbang dalam hidup. penggunaan 4 warna pakaian (hitam, putih, kuning, merah) yang hingga saat ini masih terus dilakukan, merupakan bentuk dari implementasi prinsip Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka  Jaman, yang mana artinya adalah manusia harus tumbuh dan berkembang dengan mengikuti kemajuan zaman namun tetap melestarikan budaya yang diwariskan leluhur (3).Kata Kunci: Implementasi, Makna, Prinsip, Produk Kebudayaan
dc.format application/pdf
dc.language eng
dc.publisher Prosiding Manajemen Komunikasi
dc.publisher Prosiding Manajemen Komunikasi
dc.relation http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/mankom/article/view/18715/pdf
dc.relation http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/mankom/article/downloadSuppFile/18715/3854
dc.rights Copyright (c) 2019 Prosiding Manajemen Komunikasi
dc.source Prosiding Manajemen Komunikasi; Vol 5, No 2, Prosiding Manajemen Komunikasi (Agustus, 2019); 815-821
dc.source Prosiding Manajemen Komunikasi; Vol 5, No 2, Prosiding Manajemen Komunikasi (Agustus, 2019); 815-821
dc.source 2460-6537
dc.subject Manajemen Komunikasi
dc.subject Implementasi, Makna, Prinsip, Produk Kebudayaan
dc.title Implementasi Makna Prinsip “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman” terhadap Produk Kebudayaan Kampung Adat Cireundeu
dc.type info:eu-repo/semantics/article
dc.type info:eu-repo/semantics/publishedVersion
dc.type Peer-reviewed Article
dc.type Kualitatif


Files in this item

Files Size Format View

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

  • Sp - Manajemen Komunikasi [680]
    Koleksi skripsi ringkas dalam format artikel Fakultas Komunikasi Konsentrasi Manajemen Komunikasi

Show simple item record

Search Unisba Repository


Browse

My Account