99ers Radio Bandung is acquired in November 2015, and experienced transformation of some employees and broadcasters. After that experience, the company has decreased financially. The major issue of post acquisition was a mass dismissal to minimize the cost of salary. This has never happened on other Radio that had acquired the management until it had to re-pioneer. The purpose of this research is to diagnose the climate of organization communication in 99ers Radio post acquisition. This research uses a case study with qualitative methods, because this phenomenon occurs within a certain time limit and emphasized on the process.The result of the research stated that there are 2 (two) perceptions about the change of organizational communication after acquisition. Internal perceptions suggest that in terms of communications the current leader is perceived to be more communicative than previous leaders, while external perceptions of current leaders are judged to be less understanding in the field of radio media and more reliant on employees. In terms of motivation, there are a number of talents that want to develop. In terms of salary, some employees consider the income is the biggest motivation to keep working. In terms of the responsibility, if employees are given rewards, their spirit of work will increase, but given rewards continuously in the form of bonuses, will bring bad impact for the company while punishment is not done by the company because it will affect the performance of employees at 99ers Radio. The small number of employees makes all employees have to work harder to get funds for the company. Regarding income expectations, employees expect no delay in wage sharing. On expectations of value or brand 99ers, they hope by working at 99ers makes them famous. They also hope to gain appreciation for the efforts they have achieved.
Perusahaan Radio 99ers Bandung mengalami akusisi pada bulan November 2015, dengan sejumlah pergantian karyawan dan penyiar. Setelah kejadian tersebut keadaan perusahaan Radio 99ers semakin menurun secara finansial. Radio 99ers resmi dijual dan dipindahkan kepemilikannya. Pemutihan karyawanpun dilakukan oleh pemilik Radio yang baru, alasannya karena meminimlisir pengeluaran gaji, yang justru isu itu menimbulkan konflik. Hal ini menjadi menarik karena belum pernah terjadi di Radio lain yang mengalami perpindahan manajemen hingga harus merintis kembali dari nol. Adapun tujuan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi di Radio 99ers Pasca Akusisi. Kemudian penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode kualitatif, karena fenomena ini terjadi dalam batas waktu tertentu dan peneliti menekankan pada prosesnya.Hasil dari penelitian menyatakan bahwa terdapat 2 persepsi mengenai perubahan komunikasi organisasi pasca akuisisi. Persepsi internal menyatakan bahwa dalam segi komunikasi pemimpin saat ini dirasa lebih komunikatif daripada pemimpin sebelumnya, sedangkan persepsi eksternal pemimpin saat ini dinilai kurang pemahaman di bidang media radio dan lebih mengandalkan karyawan. Dari sisi motivasi, terdapat sejumlah bakat yang ingin kembangkan. Dari sisi gaji, sebagian karyawan mengangap penghasilan adalah motivasi terbesar untuk tetap bekerja. Dari sisi tanggung jawab, jika karyawan diberikan reward maka semangat kerjapun bertambah, tetapi jika terus menerus diberikan reward berupa bonus, akan memunculkan dampak buruk bagi perusahaan sedangkan punishment tidak lakukan oleh perusahaan karena dirasa akan mempengaruhi kinerja para karyawan di Radio 99ers. Minimnya jumlah karyawan membuat seluruh karyawan harus bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan dana bagi perusahaan. Mengenai harapan pendapatan, karyawan berharap tidak ada keterlambatan pembagian upah, mengenai harapan terhadap nilai atau brand 99ers, karyawan berharap dengan bekerja di 99ers membuat mereka menjadi terkenal. Karyawan juga berharap mendapatkan apresiasi atas usaha yang telah dicapai.