Abstract: Paracetamol is a pain reliever and fever that circulate freely in the market. The usage of high dose paracetamol maybe cause liver damage. Attempts to suppress the effects of paracetamol required a hepatoprotective agent such as garlic. The research aim was to determine the protective effects of garlic extract on the liver cells of mice induced by high doses of paracetamol. The method used was experimental design with 25 DDY strain male mice aged 8-12 weeks, weight 28-32 g. Mice were adapted for 7 days, then were divided into 5 groups randomly. Group I (normal control), group II (negative control), Group III, IV, and V be given garlic extract doses such as: 468, 936, 1872 mg/kg/day respectively. On day 10 all mice were sacrificed and then made preparations liver histology using HE staining. Histological observation was done by using a light microscope, and took 100 liver cells randomly. The result were mean number of liver cells swell at group I, II, III, IV and V such as: 2.6±0.58; 24.4±2.68; 14±0.92; 13.2±0.35; and 7±0.55 repectively. ANOVA test showed the number of liver cells swell were different significanlly for each treatment group (p <0.05). The Post-hoc test showed a significant difference between Group I and II and Group II dan V. This showed that the optimal dose was 1872 mg/kg body weight. The Conclusions was garlic extract with dose of 1872 mg/kg body weight as the most optimal hepatoprotective effect on the liver cells of mice induced by high doses of paracetamol.Abstrak: Parasetamol merupakan obat pereda nyeri dan demam yang beredar secara bebas di pasaran. Hal ini memungkinan penggunaan parasetamol secara berlebihan yang diduga menyebabkan kerusakan hati. Upaya untuk menekan efek dari parasetamol dibutuhkan suatu zat hepatoprotektor seperti bawang putih. Tujuan penelitian adalah mengetahui efek protektif ekstrak bawang putih terhadap sel hati mencit yang diinduksi parasetamol dosis tinggi. Metode yang digunakan yaitu penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Subjek penelitian ini yaitu 25 ekor mencit jantan galur DDY berusia 8−12 minggu dengan berat badan 28−32 gram. Sebelum perlakuan mencit diadaptasi selama 7 hari, kemudian mencit dibagi menjadi 5 kelompok secara random. Kelompok I (kontrol normal), Kelompok II (kontrol negatif), Kelompok III, IV, dan V dengan dosis ekstrak bawang putih secara berurutan 468, 936, 1872 mg/KgBB/hari. Pada hari ke-10, semua mencit dikorbankan dan dilakukan pemeriksaan histologi sel hati dengan pewarnaan HE. Pengamatan histologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan mengambil 100 sel hati secara acak. Rerata sel hati yang membengkak pada kelompok I, II, III, IV, dan V masing-masing sebanyak, 2.60.58, 24.42.68, 140.92, 13.20.35, dan 70.55 secara berurutan. Hasil Uji ANOVA menunjukan perbedaan yang bermakna pada setiap kelompok perlakuan (p<0,05). Uji Post-hoc didapatkan bahwa antara kelompok I dengan II terdapat perbedaan bermakna. Perbedaan antara kelompok II dengan kelompok V menunjukan penurunan kerusakan sel hati secara signifikan. Hal ini menunjukan bahwa dosis optimal adalah 1872 mg/kgBB. Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak bawang putih dengan dosis 1872 mg/kgBB paling optimal yang memberikan efek hepatoprotektif terhadap sel hati mencit yang diinduksi parasetamol dosis tinggi.
Parasetamol merupakan obat pereda nyeri dan demam yang beredar secara bebas di pasaran. Hal ini memungkinan penggunaan parasetamol secara berlebihan yang diduga menyebabkan kerusakan hati. Upaya untuk menekan efek dari parasetamol dibutuhkan suatu zat hepatoprotektor seperti bawang putih. Tujuan penelitian adalah mengetahui efek protektif ekstrak bawang putih terhadap sel hati mencit yang diinduksi parasetamol dosis tinggi. Metode yang digunakan yaitu penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Subjek penelitian ini yaitu 25 ekor mencit jantan galur DDY berusia 8−12 minggu dengan berat badan 28−32 gram. Sebelum perlakuan mencit diadaptasi selama 7 hari, kemudian mencit dibagi menjadi 5 kelompok secara random. Kelompok I (kontrol normal), Kelompok II (kontrol negatif), Kelompok III, IV, dan V dengan dosis ekstrak bawang putih secara berurutan 468, 936, 1872 mg/KgBB/hari. Pada hari ke-10, semua mencit dikorbankan dan dilakukan pemeriksaan histologi sel hati dengan pewarnaan HE. Pengamatan histologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan mengambil 100 sel hati secara acak. Rerata sel hati yang membengkak pada kelompok I, II, III, IV, dan V masing-masing sebanyak, 2.60.58, 24.42.68, 140.92, 13.20.35, dan 70.55 secara berurutan. Hasil Uji ANOVA menunjukan perbedaan yang bermakna pada setiap kelompok perlakuan (p<0,05). Uji Post-hoc didapatkan bahwa antara kelompok I dengan II terdapat perbedaan bermakna. Perbedaan antara kelompok II dengan kelompok V menunjukan penurunan kerusakan sel hati secara signifikan. Hal ini menunjukan bahwa dosis optimal adalah 1872 mg/kgBB. Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak bawang putih dengan dosis 1872 mg/kgBB paling optimal yang memberikan efek hepatoprotektif terhadap sel hati mencit yang diinduksi parasetamol dosis tinggi.