Tuberculosis (TB) is one of the most common infectious disease causing morbidity and mortality. Anti Tuberculosis Drug is given as a therapy for 6 months. This treatment have hepatotoxicity effect that causes liver dysfunction. Many factors affect the incidence of hepatotoxicity due to anti tuberculosis drug, such as gender, age, and nutritional status. The purpose of this study was to see the relationship between characteristics of pulmonary TB patients with liver dysfunction as a side effect of anti tuberculosis drug in BBKPM Bandung in 2015-2016. This study was quantitative analytic observation and using cross sectional design with the samples was 215 and statistical analysis using chi square test. The result showed were the most age group of TB patients is <45 years old (72,0%), female (56,0%), and underweight (68,0%). But in this study only nutrition status and liver dysfunction that has strong association p=0,024 (p<0,05). This may be caused by glutation reseves will decrease in someone with underweight, so it will deacrease the process of toxin detoxsification and increase risk of liver cell injury.
Tuberkulosis (TB) termasuk penyakit menular yang paling sering menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan sebagai terapi pada penderita TB selama 6 bulan. Pengobatan jangka panjang ini beresiko menimbulkan efek samping hepatotoksik yang menyebabkan kelainan fungsi hati. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian hepatotoksisitas akibat OAT diantaranya, jenis kelamin, usia dan status gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien TB paru dengan kelainan fungsi hati sebagai efek samping OAT di BBKPM Bandung pada tahun 2015-2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasi analitik menggunakan rancangan crosssectional dengan 215 sampel dan analisis statistik menggunakan uji chi square. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien TB paru yang mengalami kelainan fungsi hati paling banyak terjadi pada usia <45 tahun (76,0%), perempuan (56,0%), dan BMI rendah (68,0%). Akan tetapi pada penelitian ini hanya status gizi dan kelainan fungsi hati yang memiliki hubungan bermakna. Hal ini kemungkinan disebabkan karena cadangan glutation akan menurun pada individu dengan BMI rendah, sehingga akan menyebabkan proses detoksifikasi racun menurun dan meningkatkan risiko terjadinya cedera sel hati.