Monetary system throughout the ages have undergone many developments of the financial system is the most widely performed empirical and historical studies when compared with other economic disciplines. The financial system at the time of the Prophet used bimetallic standard of gold and silver (dirham and dinar) as both are legal tender and circulate in the community. The exchange value of gold and silver at the time of the Prophet is relatively stable dinar exchange rate of 1:10. However, the stability of the exchange rate has been impaired because of the disequilibrium between supply and demand. For example, during the reign of the Umayyad (41 / 662-132 / 750) the ratio between the dinar-dirham exchange rates is 1: 12. Based on the background of the problem, then the problem formulation is organized into the following questions: how is monetary policy at the time of the Prophet? How is the monetary policy in Indonesia? Is monetary policy at the time of the Prophet can be applied in Indonesia? The aim of this research to know how the monetary policy that existed during the reign of the Prophet and to analyze the monetary policy that is applied in Indonesia. In addition, it is to analyze whether the monetary policy that has existed in the past apostles can be applied also in Indonesia. This study uses descriptive qualitative analysis, because this method in the perspective to describe and analyze phenomena monetary policy from the period of the Prophet and that is happening now. To help the process of this study the author uses literature study of the Book of monetary policy obtained through primary data and secondary data (books related to the problem being investigated. The results showed that the concept of monetary policy is applied at the time of the Prophet, namely the use of dinar can avoid inflation because gold has stable properties and not in depreciation as a paper currency that is used now even though monetary policy as applying dinar and dirham cannot be applied in Indonesia, whereas conventional monetary based on the interest rate so as to encourage people to have a goal to speculate ,Sistem moneter sepanjang zaman telah mengalami banyak perkembangan sistem keuangan inilah yang paling banyak dilakukan studi empiris maupun historis bila dibandingkan dengan disiplin ilmu ekonomi yang lain. Sistem keuangan pada zaman Rasulullah digunakan bimetalic standard yaitu emas dan perak (dirham dan dinar) karena keduanya merupakan alat pembayaran yang sah dan beredar di masyarakat. Nilai tukar emas dan perak pada masa Rasulullah ini relatif stabil dengan nilai kurs dinar dirham 1:10. Namun demikian, stabilitas nilai kurs pernah mengalami gangguan karena adanya disequilibrium antara supply dan demand. Misalkan,pada masa pemerintahan Umayyah (41/662-132/750) rasio kurs antara dinar-dirham 1: 12. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : Bagaimanakan kebijakan moneter pada masa Rasulullah ? bagaimana kebijakan moneter di indonesia ? Apakah kebijakan moneter pada masa Rasul tersebut dapat diterapkan di Indonesia Tujuan penelitian ini mengetahui bagaimana kebijakan moneter yang telah ada pada masa kepemimpinan Rasulullah saw serta untuk menganalisis kebijakan moneter seperti apa yang telah diterapkan di Indonesia, dan untuk menganalisis apakah kebijakan moneter yang telah ada pada masa rasul dapat diterapkan juga di Indonesia. Penelitian ini menggunakan  metode deskriptif yang bersifat analisis kualitatif , karena metode ini di pandang untuk menggambarkan dan menganalisis feneomena kebijakan moneter yang terjadi pada masa Rasulullah dan yang terjadi pada saat ini. Untuk membantu proses penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan mengenai Buku kebijakan moneter yang diperoleh melalui sumber data primer dan data sekunder (Buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsep kebijakan moneter yang di terapkan pada masa Rasulullah yaitu penggunaan dinar dirham dapat menghindari inflasi dikarenakan emas memiliki sifat yang stabil dan tidak menglami depresiasi seperti mata uang kertas yang digunakan sekarang meskipun kebijakan moneter seperti menerapkan mata uang dinar dan dirham belum dapat diterapkan di indonesia, sedangkan moneter konvensional berdasarkan pada tingkat bunga sehingga mendorong orang memiliki tujuan untuk berspekulasi.