Reading the Holy Quran is a well form of worship to Allah. By reading the Holy Quran, even only a single letter, someone will get a reward, let alone memorizing it. KH. Yusuf Mansur tries to realize the hopes of parents who want their children to be good at reading and memorizing the Holy Quran. Therefore, he built Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an, which the main campus lays in Tangerang and a branch campus in Singapore. He has a vision of building a civil society based on the Tahfidzul Quran for economic, social, cultural, and educational independence that relies on local resources to the Holy Quran maintenance. In order to realize the vision, Pesantren Tahfidz SDQI Bandung wants to make Tahfidzul Quran as a life culture in Indonesia; realize economic, food, education, and self-reliance independence based on Tahfidzul Qur'an; make Indonesia free of illiteracy of the Holy Quran. The method of this study is explorative methods. The data collection techniques employed interview, observation, documentation, and the study of literature. The purpose of this study is to reveal goals and assumptions; procedures/implementation; participation of teachers and students; social and cultural systems; means of support; and the results of learning the Tahfidz Quran in Pesantren Daarul Qur'an Bandung. That will produce a picture of the instructional model of the Tahfidz Quran in Pesantren Daarul Qur'an Bandung. Based on the research results, Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an have used a variety of methods, strategies, and techniques of Tahfidz learning in accordance with the abilities of students. In this case, the instructional model is an instructional model of memorization because the instruction loads on the teaching model that consists of teaching procedures, social, and cultural systems, the participation of teachers and students, supporting facilities, as well as the results of the application of the teaching model.
Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah yang sangat dicintai Allah. Dengan membaca Al-Qur’an walau satu huruf saja sudah mendapatkan pahala, apalagi menghafalnya. KH.Yusuf Mansur terdorong untuk mewujudkan harapan orang tua yang ingin anak-anaknya pandai membaca dan menghafal Al-Qur’an. Oleh karena itu, beliau membangun Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an yang berada di Tanggerang sebagai kampus utama, dan di Bandung sebagai kampus cabang. Mempunyai visi yaitu membangun masyarakat madani berbasis tahfidzul Qur’an untuk kemandirian ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan bertumpu pada sumber daya lokal yang berorientasi pada pemuliaan Al-Qur’an. Dalam mewujudkan visi itu Pesantren Tahfidz SDQI Bandung ingin menjadikan tahfidzul Qur’an sebagai budaya hidup masyarakat Indonesia; Mewujudkan kemandirian ekonomi, pangan, pendidikan, dan kemandirian teknologi berbasis tahfidzul Qur’an; Menjadikan Indonesia bebas buta Al-Qur’an.Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda ekploratif dan teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi serta studi kepustakaan.Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan tentang: tujuan dan asumsi; prosedur/ pelaksanaan; peran serta guru dan siswa; sistem sosial dan budaya; sarana pendukung; dan hasil dari pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Pesantren Daarul Qur’an Bandung. Sehingga akan menghasilkan gambaran model pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Pesantren Daarul Qur’an Bandung.Berdasarkan hasil penelitian, Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an menggunakan berbagai macam metode, strategi dan teknik dalam pembelajaran tahfidz yang sesuai dengan kemampuan masing-masing santri. Dalam hal ini, model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran penghafalan (memorization) karena di dalam pembelajarannya memuat tentang model pengajaran yang terdiri dari prosedur pengajaran, sistem sosial dan budaya, peran serta guru dan siswa, sarana pendukung, serta hasil dari penerapan model pengajaran.