Abstract:
Fenomena kerusakan moral pada remaja hingga kini menjadi suatu masalah yang semakin memprihatinkan, sehingga sekolah berbasis islam menjadi trend dikalangan orang tua. Sekolah berbasis islam selalu dikaitkan dengan harga yang mahal, padahal tidak semua demikian. Salah satunya Pondok Pesantren Integritas Qur‟ani (PPIQ). Pesantren yang fokus utamanya adalah mencetuskan karakter qur‟ani ini menyediakan pendidikan gratis bagi yang tidak mampu. Menurut pihak pesantren, guru memiliki peran yang utama dalam penerapan karakter qur‟ani. Pekerjaan guru juga dinilai memuaskan dari kalangan orang tua, santri juga merasa guru bisa dijadikan suri teladan yang baik. Padahal, guru hanya mendapatkan gaji sebesar Rp.500.000,00/bulan, yang tidak sebanding dengan beban pekerjaan mereka yang mengharuskan untuk mengawasi santri selama 24 jam penuh dan mengatasi remaja yang memiliki latar belakang bermasalah. Ditambah lagi guru memiliki aturan yang sama dengan santri-santri, sehingga beban pekerjaanya lebih berat. Hal ini berhubungan dengan guru memiliki Spirit at work yang tinggi, karena menghayati banyak makna yang positif saat bekerja, salah satunya memaknakan pekerjaan adalah nilai ibadah kepada Allah SWT. Guru merasa menjadi bagian keluarga di Pesantren, dan merasa mengalami pengalaman yang luar biasa selama bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran Spirit at work pada guru di PPIQ. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Alat ukur menggunakan Spirit at work scale (SAWS) dari Kinjerski dan Skrypnek 2006, dengan reliabilitas sebesar 0,849. Hasil menunjukkan semua guru PPIQ memiliki Taraf Spirit at work yang tinggi.