Abstract:
Perceraian orang tua dapat mempengaruhi psikologis anak, terutama ketika memasuki usia remaja. Ketika remaja yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua emosi marahnya akan mudah terpancing. Keluarga yang mengalami perpecahan memberikan peluang anak untuk berperilaku negatif seperti kabur dari rumah, mabuk-mabukan, berkelahi, prestasi menurun. Remaja korban perceraian ada pula yang dapat berperilaku positif terdapat pada remaja korban perceraian yang tidak tergabung pada Komunitas maupun yang tergabung di Komunitas. Ketika remaja korban perceraian mendapatkan kekuatan untuk tetap mampu bertahan dalam menghadapi, mengatasi, mempelajari kesulitan hidup, dan bahkan ditransformasi oleh kesulitan tersebut dinamakan resiliensi.
Menurut Grotberg (1995: 3) bahwa resiliensi merupakan kapasitas yang bersifat universal dan dengan kapasitas tersebut, individu, kelompok ataupun komunitas mampu mencegah, meminimalisir ataupun melawan pengaruh yang bisa merusak saat mereka mengalamai musibah atau kemalangan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat resiliensi pada remaja korban perceraian yang tidak tergabung pada Komunitas Forum Anak Broken Home dengan yang tergabung Komunitas Forum Anak Broken Home yang yang berusia 15 tahun-19 tahun sebanyak 30 remaja.
Pendekatan ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode studi komparatif. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner dari resiliensi Grotberg (1995) yang telah di terjermahkan dan dimodifikasi dan disesuaikan dengan yang akan diteliti.
Data yang diperoleh berupa data ordinal dengan reabilitas sebesar 0,70. Hasil menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan remaja korban perceraian yang tidak tergabung Di Komunitas Forum Anak Broken Home Dengan Di Komunitas Forum Anak Broken Home.