Abstract:
Aksi vandalisme akhir-akhir ini semakin marak terjadi di Kota Bandung.
Beberapa titik tempat ruang publik telah dirusak oleh sebagian pelaku yang tidak
bertanggung jawab. Padahal ruang publik sengaja dibuat untuk keindahan sebuah
kota. Sebagian area publik yang dijahili semakin luas. Mulai dari dinding tiang
penyangga flyover Pasupati yang penuh coretan, Kursi di sepanjang Jalan Asia
Afrika dan Jalan Braga, hingga fasilitas taman yang dirusaki secara iseng.
Kesadaran masyarakat untuk saling menjaga fasilitas keindahan kota seakan
kurang. Bertepatan dengan peringatan Hari Buruh sedunia yang diadakan tiap
tanggal 1 Mei sering mengalami kericuhan. Demo terjadi dengan melibatkan
sejumlah pihak yang tak puas dengan kebijakan pemerintah yang dianggap tak
sesuai standar. Hal-hal anarkis seringkali terjadi saat aksi demonstrasi hari buruh.
Kegiatan ini kadang berujung pada kericuhan antara demonstran dan pihak aparat.
Merasa dikecewakan para demonstran biasa bertindak vandal dengan mencoratcoret
dengan media sebuah tembok. Oknum vandal beranggapan dengan mencoret
mural maka bisa menyampaikan aspirasinya. Berangkat dari isu tersebut Penulis
melihat ada sebuah fenomena komunikasi dalam foto jurnalistik yang menarik
dikaji secara ilmiah. Kajian ini berfokus pada bagaimana membaca sebuah foto
yang termuat dalam sebuah media online, membaca makna denotasi, konotasi dan
mitos dari foto perihal vandalisme terkait Hari Buruh di media
Bandungnewsphoto.com edisi 1 Mei 2015 dan 3 Mei 2015 serta Tribunnews.com
edisi 10 Mei 2015 dan 16 September 2015 dengan menggunakan metode
Penulisan kualitatif dan analisis semiotika Roland Barthes sebagai acuan.
Hasil kajian makna denotasi, keempat foto tersebut menggambarkan
coretan aksi vandalisme terkait Hari Buruh di daerah protokol Kota Bandung.
Terdapat tulisan dan gestur pendemo yang diasumsikan nyeleneh dan tabu oleh
awam. Banyaknya tanda, simbol dan bahasa tubuh menimbulkan makna konotasi
tentang ketidakpuasan pelaku terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tak
adil bagi kaum marjinal, munculnya sebuah mitos lama, yaitu vandalisme adalah
simbol dari anarki, harfiahnya tiap individu memiliki kebebasan tanpa ada yang
mengganggu, bebas memilih jenis kehidupan, serta menikmati kesetaraan sosial.