Abstract:
“Mau dibawa ke mana, hubungan kita?” Syahdan, sepenggal lirik lagu “Mau
Dibawa Kemana” milik grup band Armada tersebut seolah mewakili pertanyaan
tentang arah musik Indonesia yang saat ini tak hanya konsisten dalam satu jalur. Hal
tersebut konon menjadi perdebatan tersendiri, mengingat korelasi antara pasar dan
minat seseorang dalam mendengarkan musik tak melulu selaras. Pada titik inilah, tak
terkecuali, media turut serta dalam mengambil peran.
Melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis
Van Dijk, penulis akan membedah teks pada artikel di Kanal Feature Disorder Zine
demi menelaah makna perlawanannya terhadap kultur musik pop Indonesia. Selain
itu, penulis juga berniat untuk membahas implikasi media alternatif tersebut terhadap
lingkup sosial masyarakat saat ini.
Disorder Zine mengambil konsep mandiri serta kolektif dari kedua pendirinya,
Zaka Sandra Novian dan Raka Ibrahim. Tak jauh beda dengan zine pada umumnya,
Disorder pun merupakan sesuatu yang terus berusaha mencari ‘jalan lain’ dari arus
mainstream. Setelah analisis teks dilakukan, pada akhirnya nanti kita akan melihat
makna serta ideologi tersendiri dari zine pengusung topik musik dan budaya
independen tersebut.