Abstract. Marriage is an important thing in life. Everyone must long for a happy marriage where they live togheter in harmony. However, there are some couples who are not able to live together in one place despite of their being married. The are various reasons for that but economics is usually the strongest one. How frequent someone meets their spouse affects many things like communication, the fulfillment of sexual needs, conflict resolutions, and alsothe division of household responsibilities. The research is conductedto gather empirical data of how some couples at Village of Lembang are adapting to their marriage lives. theoretical concept utilized in this research is the one proposed by Atwater and Duffy. The method that is used is the descriptive method and is used on 48 populations. The data gathering is done by giving outa questionnaire in which is based on Atwater and Duffy’s adaption to marriage theory (2004). The result shows that 35 people (73%) managed to adapt to their marriages well while 13 people (27%) did it poorly. The good adaption to marriage is dominated by good sexuality dimensions in their marriage while the bad adaption is dominated by poor division of responsbilities. Abstrak. Pernikahan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap orang mendambakan pernikahan yang harmonis, bahagia dan tinggal didalam satu rumah. Namun, ada berbagai alasan sehingga suatu keluarga memutuskan untuk menikah walaupun tidak dapat tinggal dalam satu rumah. Banyak alasan yang mendorong pasangan untuk tinggal terpisah seperti salah satunya masalah ekonomi. Frekuensi pertemuan antara istri dengan suaminya mempengaruhi hal-hal seperti komunikasi, pemenuhan kebutuhan seksual, cara penyelesaian konflik dan juga pembagian tugas pernikahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data secara empiris mengenai gambaran penyesuaian pernikahan pada remaja di Desa Lembang. Konsep teori yang digunakan untuk penyesuaian pernikahan dikemuukakan oleh Atwater dan Duffy. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jumlah populasi 48 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberdasarkan teori penyesuaian pernikahan oleh Atwater Duffy (2004). Hasil penellitian menunjukkan 35 orang (73%) memiliki penyesuaian pernikahan yang baik dan 13 orang (27%) memiliki penyesuaian pernikahan buruk. Pada penyesuian pernikahan yang baik didominasi oleh dimensi seksualitas dalam pernikahan sedangkan penyesuaian pernikahan buruk didominasi oleh dimensi pembagian tugas tanggung jawab.
Pernikahan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap orang mendambakan pernikahan yang harmonis, bahagia dan tinggal didalam satu rumah. Namun, ada berbagai alasan sehingga suatu keluarga memutuskan untuk menikah walaupun tidak dapat tinggal dalam satu rumah. Banyak alasan yang mendorong pasangan untuk tinggal terpisah seperti salah satunya masalah ekonomi. Frekuensi pertemuan antara istri dengan suaminya mempengaruhi hal-hal seperti komunikasi, pemenuhan kebutuhan seksual, cara penyelesaian konflik dan juga pembagian tugas pernikahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data secara empiris mengenai gambaran penyesuaian pernikahan pada remaja di Desa Lembang. Konsep teori yang digunakan untuk penyesuaian pernikahan dikemuukakan oleh Atwater dan Duffy. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jumlah populasi 48 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberdasarkan teori penyesuaian pernikahan oleh Atwater Duffy (2004). Hasil penellitian menunjukkan 35 orang (73%) memiliki penyesuaian pernikahan yang baik dan 13 orang (27%) memiliki penyesuaian pernikahan buruk. Pada penyesuian pernikahan yang baik didominasi oleh dimensi seksualitas dalam pernikahan sedangkan penyesuaian pernikahan buruk didominasi oleh dimensi pembagian tugas tanggung jawab.