Description:
Abstract. Bekasi Regency development is only focused on industrial estates, the unevenness of the government's attention to 23 sub-districts in Bekasi has become a major problem such as the distribution of food to remote areas of Bekasi causing the emergence of malnutrition, This shows the existence of GAP between the issue of Bekasi regency issues and the Sustainable Development Goals. Bekasi has regional income that is large, compared to all districts in West Java, but the achievement was not able to overcome the problem of nutritional status in Bekasi Regency. this was verified by the Bekasi Regency Research and Development Office with the implementation of a study on the prevention of community nutrition problems in 2017. This research was conducted to determine the nutritional status of the community in the area in Bekasi. This study uses an approach method with four regional parameters, namely road network conditions, the effect of the conversion of agricultural land towards fulfilling self-sufficiency in rice, environment sanitation and meeting the needs of health center facilities. own measurement of Nutritional status seen from the parameters of IMT Analysis and LILA. The results of this study are where the development areas I and III have nutritional status "good”, while the development area II has a "less" nutritional status and the development area IV has a "bad" nutritional status, This illustrates the uneven quality of human resources in Bekasi Regency. he conclusion of this study is that uneven nutritional status is influenced by the territorial factors of Bekasi district.Keywords: Area Of Development, Nutritional Status, Regional ParametersAbstrak. Pembangunan Kabupaten Bekasi hanya terfokus pada kawasan industri, ketidak merataannya perhatian pemerintah ke 23 kecamatan di kabupaten bekasi menjadi permasalahan utama seperti pendistribusian pangan ke pelosok kabupaten bekasi menyebabkan munculnya gizi buruk, hal ini menunjukkan adanya GAP antara isu permasalahan kabupaten Bekasi dengan Sustainable Development Goals. Bekasi memiliki pendapatan asli daerah yang termasuk besar jika dibandingkan dengan seluruh kabupaten di Jawabarat, namun pencapaiaan tersebut tidak mampu mengatasi masalah status gizi di Kabupaten Bekasi. hal ini diverifikasi oleh Dinas Penelitian dan pengembangan Kabupaten Bekasi dengan dilaksanakannya Kajian penanggulangan masalah gizi masyarakat ditahun 2017. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi masyarkat dalam perwilayahan dikabupaten bekasi. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan dengan empat parameter perwilayahan yaitu Kondisi jaringan jalan, pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap pemenuhan swasembada beras, sanitasi lingkungan, dan pemenuhan kebutuhan sarana puskesmas. Untuk pengukurannya sendiri status Gizi dilihat dari parameter Analisis indeks massa tubuh, analisis lingkar lengan. Adapun hasil dari penelitian ini dimana wilayah pengembangan I dan III memiliki status gizi “baik”, sedangkan wilayah pengembangan II memiliki status gizi “kurang” dan wilayah pengembangan IV memiliki status gizi “buruk”, hal ini menggambarkan kualitas SDM di Kabupaten Bekasi tidak merata. Kesimpulan dari penelitian ini ialah status gizi yang tidak merata dipengaruhi oleh faktor-faktor kewilayahan kabupaten Bekasi..Kata Kunci: Pengembanganwilayah, Status Gizi, Parameter-Perwilayahan