Universitas Islam Bandung Repository

Perceraian Suami Istri di Kota Bandung : Studi Perilaku Komunikasi, Psikologi Perkembangan dan Status Ekonomi Rumah Tangga

Show simple item record

dc.contributor.author Santana Kurnia, Septiawan
dc.contributor.author Sari, Yunita
dc.contributor.author Sundaya, Yuhka
dc.date.accessioned 2020-07-23T04:19:44Z
dc.date.available 2020-07-23T04:19:44Z
dc.date.issued 2016
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/27787
dc.description.abstract Penelitian empiris ini bertujuan untuk : [1] menggambarkan karakteristik rumah tangga dari tipe komunikasi tinggi-rendah, tahapan psikologi perkembangan pernikahan dan status ekonomi di Kota Bandung, dan [2] mengkaji faktor-faktor penyebab perceraian suami istri pada suatu rumah tangga di Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah salah satu metode kuantitatif,yaitu model ekonometrika qualitative dependent variable, yang merepresentasikan tingkat kerentanan perceraian suami istri pada rumah tangga. Berdasarkan ulasan literatur, perceraian tersebut merupakan keputusan dari kombinasi faktor komunikasi, psikologi, dan status ekonomi. Pada laporan akhir ini, telah ditampilkan hasil penelitian dengan : (1) karakteristik rumah tangga sample, dan (2) karakteristik rumah tangga sample yang mengalami perceraian, dan (3) temuan faktor-faktor yang menjelaskan peluang terjadinya perceraian pada rumah tangga. 1. Semakin lama usia pernikahan, peluang perceraian rumah tangga 0.79 kali lebih tinggi dari keputusan tidak bercerai. Atau, sebaliknya, peluang rumah tangga tidak bercerai 1.2642 lebih tingi dibandingkan peluang bercerai. Artinya, semakin lama usia pernikahan peluang rumah tangga untuk bercerai akan semakin rendah. 2. Keterbukaan komunikasi dalam rumah tangga akan menghasilkan peluang perceraian 0.13 kali lebih tinggi dari keputusan tidak bercerai. Atau, sebaliknya, peluang rumah tangga tidak bercerai 7.5384 lebih tingi dibandingkan peluang bercerai. Artinya, keterbukaan komunikasi yang dibangun dapa rumah tangga besar artinya bagi peluang untuk melestarikan pernikahan. 3. Budaya komunikasi tingkat tinggi dalam rumah tangga akan menghasilkan peluang perceraian 3.4284 kali lebih tinggi dari keputusan tidak bercerai. Atau, sebaliknya, peluang rumah tangga tidak bercerai 0.2917 lebih tingi dibandingkan peluang bercerai. Artinya, budaya komunikasi tingkat tinggi yang dibangun dapa rumah tangga akan memberbesar peluang perceraian rumah tangga. 4. Meningkatnya status psikologi perkembangan pada rumah tangga akan menghadapi peluang perceraian 2.4220 lebih tinggi dibandingkan dengan tidak bercerai. Atau, sebaliknya, peluang untuk melestarikan pernikahannya 0.4129 lebih 2 tinggi dari peluang bercerai. Artinya, semakin memasuki psikologi perkembangan yang lebih, rumah tangga akan menghadapi peluang perceraian yang tinggi juga. 5. Meningkatnya status ekonomi rumah tangga, akan menghadapi peluang perceraian 2.0880 lebih tinggi dari peluang melestarikan pernikahan. Atau, sebaliknya, peluang untuk melestarikan pernikahan 0.4789 lebih tinggi dari peluang bercerai. Artinya, semakin tinggi status ekonomi rumah tangga akan menghadapi peluang perceraian yang semakin besar. 6. Meningkatnya pendapatan rumah tangga, akan menghadapi peluang perceraian 0.8287 lebih tinggi dari peluang melestarikan pernikahan. Atau, sebaliknya, peluang untuk melestarikan pernikahan 1.2068 lebih tinggi dari peluang bercerai. Artinya, semakin tinggi status ekonomi rumah tangga akan menghadapi peluang perceraian yang semakin besar. en_US
dc.publisher Universitas Islam Bandung en_US
dc.subject perceraian, suam, istri, rumah tangga en_US
dc.title Perceraian Suami Istri di Kota Bandung : Studi Perilaku Komunikasi, Psikologi Perkembangan dan Status Ekonomi Rumah Tangga en_US
dc.type Article en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search Unisba Repository


Browse

My Account