Abstract:
Tunarungu adalah penyakit yang tidak bisa mendengar. Kekurangan dalam
hal pendengaran membuat penyandang tuna rungu sangat sulit dalam
berkomunikasi dan melakukan kegiatan sehari-harinya. Oleh karena itu,
penyandang tuna rungu harus mendapatkan bantuan untuk mempermudah
aktivitasnya sehari-hari.
Untuk mempermudah aktivitasnya, penyandang tunarungu dapat
memperoleh pendidikannya di sekolah luar biasa (SLB) yang saat ini sudah
banyak berdiri. Dengan adanya SLB ini penyandang tunarungu dapat
mengembangkan bakat, belajar dan dibimbing dalam berkomunikasi dengan yang
lainnya oleh guru yang ahli dalam bidangnya.
Dengan sama halnya diatas, peneliti melakukan penelitian yang
berhubungan dengan komunikasi. Maka dari itu penelitian ini bertujuan
menjelaskan peristiwa komunikasi, setting komunikasi dan pola komunikasi
tentang anak tunarungu yang terjadi di dalam kelas.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti
memperoleh sumber informasi dari buku-buku yang bisa menjadi acuan dalam
menyelesaikan penelitian ini. Beberapa buku yang peneliti gunakan adalah buku
etnografi komunikasi dan buku metode penelitian kualitatif. Selain buku-buku,
peneliti menggunakan sumber lain, yaitu media online. Penelitian ini dilakukan di
sekolah luar biasa (SLB) negri B Garut. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data dengan wawancara. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
siswa dan pengajar SLBN/B Garut dan sampel penelitian ini diambil sebagian
kecil dari populasi untuk dijadikan narasumber.
Penelitian menyimpulkan dengan adanya keterbatasan yang dimiliki oleh
siswa tunarungu tidak menjadi penghalang atau alasan bagi mereka untuk
berkomunikasi dengan orang banyak