Abstract:
Anak berkebutuhan khusus membutuhkan penanganan spesifik. Terapis pediatrik, secara
khusus menangani anak yang mempunyai permasalahan tumbuh kembang. Bukan tugas yang
mudah menjadi seorang Terapis pediatik, mereka dituntut secara holistik mengenai
perkembangan tiap anak dengan kemampuan bervariasi. Kesulitan yang dihadapi saat
bekerja sebagai Terapis merupakan suffering (penderitaan). Namun, Terapis tetap
menunjukan perilaku yang positif dan tidak menghakimi diri sendiri. Terapis menunjukan
bahwa mereka memiliki Self compassion; berbaik hati pada diri sendiri ketika melakukan
kesalahan atau kegagalan. Salah satu Rumah Sakit yang memiliki fasilitas terapi anak yang
memadai di kota Bandung, adalah Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Tujuan
dilakukan penelitian ini untuk mengetahui gambaran self compassion pada Terapis dan
faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
responden 11 orang yang mengacu pada alat ukur dari Kristin Neff (2003). Hasil temuan
adalah 82% Terapis memiliki self compassion yang tinggi, dengan komponen pembentuk
yang juga tinggi yaitu self kindness, common humanity, dan mindfulness dengan komponen
tertinggi self kindness . Trait dominan pada terapis dengan self compassion tinggi adalah
conscientiousness, extraversion dan openness. Sedangkan terapis dengan self compassion
rendah sebanyak 12% memiliki komponen tertinggi self kindness dan common humanity.
Terapis dengan self compassion rendah memiliki trait dominan conscientiousnesdan
extraversion.Self compassion yang tinggi mendukung pekerjaan Terapis sebagai caregiver.
Terapis yang memiliki self compassion tinggi memiliki kelekatan dan model dari orang tua
yang megarahkan mereka untuk saling berempati satu sama lain sedangkan terapis yang
memiliki self compassion rendah terbiasa diarahkan untuk menyelesaikan segala sesuatunya
sendiri tanpa mengharapkan bantuan orang lain.Terapis yang memiliki self compassion
tinggi dan rendah cenderung bertindak secara collectivism.