Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian kualitas
produk polo t-shirt dengan menggunakan metode statistical quality control (SQC)
pada CV Singgang Jaya konveksi di Kota Bandung.
CV Singgang Jaya Konveksi merupakan salah satu perusahaan di kota
Bandung yang memproduksi berbagai jenis kaos,kemeja,jacket dan polo t-shirt
ini menghadapi berbagai hambatan dalam proses produksinya. Dalam pelaksanaan
proses produksi polo t-shirt,sering terjadi kegagalan baik itu polo t-shirt yang
kurang rapih benangnya,kancing sering copot dan bahkan proses pembordiran
yang salah. Hal ini tentunya harus segera diantisipasi agar tidak menimbulkan
banyak kerugian dan penambahan biaya produksi serta waktu yang tidak berarti.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan diagram pareto, membuat peta kendali p dan membuat digram
sebab akibat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan diagram pareto,
bagian produksi, jenis cacat dari yang terbesar berturut-turut terjadi pada bagian
penjahitan, bordir, obras dan finishing adalah sebesar 35, 97%, 31, 75%, 20, 16%
dan12, 12%.
Dengan menggunakan peta kendali p diketahui bahwa proses pembuatan
kaos berada dalam batas pengendalian karena semua data pengamatan berada
dalam peta kontrol p karena semua sampel berada pada dalam batas kendali.
Berdasarkan diagram sebab akibat, berikut beberapa factor penyebab
terjadinya cacat produk pada beberapa divisi/bagian produksi, Faktor Manusia :
kelalaian atau kecerobohan dari karyawan, kurangnya pengawasan di setiap
bagian, kurangnya ketelitian karyawan, kelelahan yang dirasakan
karyawan.Faktor Mesin : Di mana cara kerja dari seluruh mesin dilakukan secara
manual oleh tangan manusia, jam kerjanya sendiri bekerja selama hampir 24 jam
khususunya adalah mesin bordir sehingga pada mesin-mesin ini cepat mengalami
kerusakan.Faktor Bahan Baku : bahan baku cacat, bahan kain yang sulit di
kerjakan, tidak tersedianya bahan baku dari sang pemasok. Faktor Metode yang
Digunakan : instruksi kerja kurang terperinci, kurangnya komunikasi antar bagian
di dalam fungsi produksi, kurangnya koordinasi antar bagian.Faktor Lingkungan :
tidak cukupnya ruang gerak yang diperlukan karyawan untuk bekerja, luas gudang
yang tidak memadai sehingga ruang kerja semakin sempit, jumlah ventilasi yang
kurang memadaI.