Abstract:
Saat ini Indonesia diramaikan dengan kasus kekerasan seksual terhadap
anak - anak. Ibarat fenomena bola es yang semakin lama semakin membesar.
bahkan terjadi peningkatan kasus..Komnas Anak mencatat jenis kejahatan anak
tertinggi sejak tahun 2007 adalah tindak sodomi terhadap anak. Adanya kasus
sodomi dampak yang diakibatkan peristiwa sodomi tentu saja mempengaruhi
remaja secara psikologis, kognitif, emosi, sosial. Seperti yang terjadi pada
remaja Di Desa Jelekong yang menerima perlakuan sodomi selama kurun
waktu 6 bulan mereka mengalami dampak buruk dari perlakuan sodomi
meliputi trauma, ketakutan, kegelisahan, tidak percaya diri dan ketakutan
terlibat dalam pergaulan di masyarakat namun berbeda pada remaja korban
sodomi Di Desa Cangkuang Kulon dalam kurun waktu sebulan mereka sudah
dapat bangkit dari keterpurukkan. Menurut (Grotberg 1999) resiliensi adala
kemampuan atau kapasitas individu untuk menghadapi, mengatasi ,menjadi
lebih kuat dan bahkan berubah yang disebabkan oleh pengalaman yang sulit.
Dengan Faktor I Have, I Am, dan I Can. Tujuan penelitian ini adalah ingin mel
resiliensi pada korban pelecehan seksual di Desa Jelekong dan Di Desa
Cangkuang Kulon Kabupaten Bandung. Metode dalam penelitian ini adalah
metode komparatif dengan subjek penelitian sebanyak 13 orang. Alat ukur
resiliensi berdasarkan teori Grotberg ini diadaptasi dari alat ukur Kusumainten
Nataprawira (10050009063) yang disesuaikan kembali dengan fenomena
penulis yang menggunakan validitas construct dengan cara try out terpakai
item yang di tolak di buang. Hasilnya 3 orang 50,00% remaja korban sodomi di
Desa Jelekong memiliki resiliensi dalam kriteria tinggi dan 50,0% rendah
sedangkan remaja korban di Desa Cangkuang Kulon 7 orang 100,00% remaja
korban sodomi memiliki resiliensi dalam kriteria tinggi. jika dilihat dari
presentase resiliensi remaja korban sodomi sebagian besar memuliki sumber
kekuatan eksteral, kekuatan dari dalam diri dan kemampuan intepersonal dan
problem solving.