Abstract. Nowadays the needs for activated charcoal in the country is increasing. It reached 1,200,000 tons in 2010. However this is not matched by domestic capability for producing the needs. So these needs are met by importing activated charcoal from abroad. Because of this, effort must be taken to increase the productivity of activated charcoal and in this case, recycling the waste that can be used as activated charcoal. Duck bone is one of so many food waste contained in the country because duck is one of food commodities in Indonesia. Making activated charcoal from duck bones waste is done by carbonized, sieved using a 60 and 100 mesh and then activated using CaSO4 as activator with the concentration of 3%, 5% and 7%. As control, charcoal from duck bones waste without activation and sieved with mesh 60 and 100 was used. As comparison, commercial activated charcoal was used. Characterization of activated charcoal includes ash content, water content, pore volume and density. Activated charcoal from duck bones waste was tested by bleaching process towards used cooking oil that had previously been purified beforehand, including degumming and neutralization to obtain % transmittance value. The treatment that produce the best quality of activated charcoal is on active charcoal mesh 60 at a concentration of 5% CaSO4as activator. Activated charcoal mesh 60 at a concentration of 5% has 62.03% of ash content, 0.042% of water content, 0.0004 g/cm3 of pore volume, 0.869 g/ml of density, and 111.0% of % transmittance.Abstrak. Kebutuhan arang aktif dalam negeri setiap tahunnya semakin meningkat. Tercatat pada tahun 2010 kebutuhan arang aktif mencapai 1.200.000 ton. Namun hal ini tidak diimbangi dengan kemampuan dalam negeri untuk memproduksi kebutuhan arang aktif tersebut. Sehingga kebutuhan tersebut dipenuhi dengan cara mengimpor arang aktif dari luar negeri. Melihat hal itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produksivitas arang aktif dalam hal ini melakukan daur ulang terhadap limbah yang dapat dijadikan arang aktif. Tulang bebek merupakan salah satu dari sekian banyak limbah makanan yang terdapat dalam negeri karena bebek adalah salah satu komoditas pangan di Indonesia. Pembuatan arang aktif dari limbah tulang bebek dilakukan dengan cara dikarbonisasi, diayak menggunakan mesh 60 dan 100 lalu diaktivasi menggunakan aktivator CaSO4 dengan konsentrasi 3%,5%, dan 7%. Untuk kontrol digunakan arang dari limbah tulang bebek tanpa aktivasi pada mesh 60 dan 100. Untuk pembanding yang digunakan yaitu arang aktif komersial. Karakterisasi arang aktif meliputi kadar abu, kadar air, volume pori, dan kerapatan. Arang aktif dari limbah tulang bebek diujikan dengan cara proses pemucatan (bleaching) terhadap minyak goreng bekas yang sebelumnya telah dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu meliputi proses degumming dan netralisasi sehingga didapatkan nilai %transmittan. Perlakuan yang menghasilkan kualitas arang aktif terbaik yaitu pada arang aktif mesh 60 dengan konsentrasi aktivator CaSO4 5%. Arang aktif mesh 60 dengan konsentrasi 5% memiliki nilai kadar abu 62,03%, kadar air 0,042%, volume pori 0,0004 gr/cm3, kerapatan 0,869 gram/ml, dan %transmittan 111,0%.
Kebutuhan arang aktif dalam negeri setiap tahunnya semakin meningkat. Tercatat pada tahun 2010 kebutuhan arang aktif mencapai 1.200.000 ton. Namun hal ini tidak diimbangi dengan kemampuan dalam negeri untuk memproduksi kebutuhan arang aktif tersebut. Sehingga kebutuhan tersebut dipenuhi dengan cara mengimpor arang aktif dari luar negeri. Melihat hal itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produksivitas arang aktif dalam hal ini melakukan daur ulang terhadap limbah yang dapat dijadikan arang aktif. Tulang bebek merupakan salah satu dari sekian banyak limbah makanan yang terdapat dalam negeri karena bebek adalah salah satu komoditas pangan di Indonesia. Pembuatan arang aktif dari limbah tulang bebek dilakukan dengan cara dikarbonisasi, diayak menggunakan mesh 60 dan 100 lalu diaktivasi menggunakan aktivator CaSO4 dengan konsentrasi 3%,5%, dan 7%. Untuk kontrol digunakan arang dari limbah tulang bebek tanpa aktivasi pada mesh 60 dan 100. Untuk pembanding yang digunakan yaitu arang aktif komersial. Karakterisasi arang aktif meliputi kadar abu, kadar air, volume pori, dan kerapatan. Arang aktif dari limbah tulang bebek diujikan dengan cara proses pemucatan (bleaching) terhadap minyak goreng bekas yang sebelumnya telah dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu meliputi proses degumming dan netralisasi sehingga didapatkan nilai %transmittan. Perlakuan yang menghasilkan kualitas arang aktif terbaik yaitu pada arang aktif mesh 60 dengan konsentrasi aktivator CaSO4 5%. Arang aktif mesh 60 dengan konsentrasi 5% memiliki nilai kadar abu 62,03%, kadar air 0,042%, volume pori 0,0004 gr/cm3, kerapatan 0,869 gram/ml, dan %transmittan 111,0%.