Sp - Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)SPeSIA - Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)http://hdl.handle.net/123456789/1542024-03-29T13:09:58Z2024-03-29T13:09:58ZNilai-Nilai Pedagogis Q.S. An-Nisa Ayat 34 terhadap Pembentukan Keluarga Islamihttp://hdl.handle.net/123456789/282402021-03-15T03:31:45ZNilai-Nilai Pedagogis Q.S. An-Nisa Ayat 34 terhadap Pembentukan Keluarga Islami
Abstract. This research is motivated by a phenomenon that occurs in the world of marriage. Lots of divorces cases that occur every year, even every month. This is due to lack of knowledge regarding the formation offamilies for each prospective married. This background statement encourages the need to analyze QS An-Nisa’ `verse 34. The purpose of this study is to: (1). Obtaining the results of the commentators on QS An-Nisa’ `verse 34, (2). Find the essence contained in QS An-Nisa’ `verse 34, (3). Identifying the elements of family formation according to Islamic views, (4). Discovered pedagogical values for the formation of an Islamic family. This study uses a qualitative approach and the method used in this research is the interpretation method tahlily and tarbawi interpretation style, and through library research techniques, namely research whose main object is from the Qur’an, books and writings published, and other sources related to this issue. In this study several conclusions have been, namely: that in the QS An-Nisa’ `verse 34 there are ways for husband to educate his nusyuz wife. Essence of QS An-Nisa’ `verse 34 is (1). Men as leaders over women (wives), (2) Orders to husbands as heads of housholds to marry the right to support their wives, (3) Wives who are pious are women who can take care of themselves because of their obdience to God and their husbands, (4) Three stages of warning from the husband as a form of education to the nusyuz wife, namely by giving advice, separatingthe bed, and hitting, (5) Prohibition for the husband to punish an already conscious wife an repent of his mistake and forbid dzolim on a sholihah wife. Pedagogical values of QS An-Nisa’ `verse 34 regarding the formation of an islamic family, namely: (1) Before marriage, couples must know each other’s personalities (2) Husband and wife must be responsible and cooperate in fulfiling their rights and obligations, (3) Husband and wife must have the same vision and mission in marriage, which is to form a sakinah, mawaddah and warrahmah family. Keywords : Islamic Family Formation, Pedagogical Values of QS An-Nisa’ `verse 34.Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang terjadi dalam pernikahan. Banyak sekali kasus perceraian yang terjadi setiap tahun bahkan setiap bulannya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai pembentukan keluarga bagi masing-masing calon pasangan suami istri. Pernyataan latar belakang ini mendorong kepada perlunya menganalisis QS An-Nisa’ ayat 34. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1). Memperoleh hasil pendapat para mufassir tentang QS An-Nisa’ ayat 34, (2). Menemukan esensi yang terkandung dalam QS An-Nisa’ ayat 34, (3). Mengidentifikasi unsur-unsur pembentukan keluarga menurut pandangan Islam, (4). Menemukan nilai-nilai pedagogis terhadap pembentukan keluarga islami. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini dalam penelitian ini adalah metode tafsir tahlily maupun corak tafsir tarbawi, dan melalui teknik studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang objek utamanya dari Al-Qur’an, buku-buku dan tulisan-tulisan yang dipublikasikan, dan sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan ini. Dalamm penelitian ini telah diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu: bahwa di dalam QS An-Nisa’ ayat 34 terdapat langkah-langkah bagi seorang suami dalam mendidik istrinya yang nusyuz. Esensi QS An-Nisa’ ayat 34 adalah (1). Laki-laki sebagai pemimpin atas wanita (istri), (2). Perintah kepada para suami sebagai kepala rumah tangga untuk memberikan hak nafkah kepada istrinya, (3). Istri yang sholehah adalah wanita yang dapat memelihara diri karena ketaatannya kepada Allah dan suaminya, (4). Tiga tahap peringatan dari suami sebagai bentuk didikan terhadap istriyang nusyuz yaitu dengan memberikan nasehat, pisah ranjang, dan memukul, (5). Larangan bagi suami untuk mendzolimi istri yang telah sadar dan bertaubat atas kekhilafannya dan larangan dzolim pada istri yang sholihah. Nilai-nilai pedagogis dari QS An-Nisa’ ayat 34 terhadap pembentukan keluarga Islami yaitu: (1). Sebelum menikah, bagi calon pasangan suami istri harus terlebih dahulu mengenal kepribadian masing-masing, (2). Suami dan istri harus bertanggung jawab dan saling bekerjasama dalam memenuhi hak dan kewajiban, (3). Suami dan istri harus memiliki visi misi yang sama dalam pernikahan, yaitu membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah.Kata Kunci : Pembentukan Keluarga Islami, Nilai-Nilai Pedagogis QS An-Nisa’ ayat 34.
Implemetasi Program Keputrian dalam Pengembangan Pengetahuan Fiqih pada Siswi SMP PGII 1 Bandunghttp://hdl.handle.net/123456789/282422021-03-15T03:31:45ZImplemetasi Program Keputrian dalam Pengembangan Pengetahuan Fiqih pada Siswi SMP PGII 1 Bandung
Abstract. The world of education is currently being faced with problems of Islamic education. This can be seen from the decreasing knowledge of students in Islamic knowledge. Lack of supervision from parents and Islamic education in schools is considered to be one of the factors causing the lack of knowledge of Islam itself in students. This study aims to determine the results of the implementation of the princess program in developing jurisprudence knowledge for female students at SMP PGII 1 Bandung. In addition, for a good program to be implemented, there needs to be planning, implementation, evaluation and inhibiting and supporting factors in order to achieve the expected goals.This research uses a qualitative approach with a case study method. Data collection is carried out by in-depth exploration of programs, events, processes, activities, to one or more people presented in a descriptive analysis.This research shows that PGII 1 Bandung Junior High School organizes a princess program in developing jurisprudence. The form of implications for the development of fiqh knowledge through a princess program, is carried out through the habit of reading Asmaul Husna, reciting the A-Qur'an, praying together and discussing material related to the theme. The evaluation is carried out every three months which is half a semester. Therefore, it can be seen that through this princess program, SMP PGII 1 Bandung has succeeded in increasing student activity, especially in implementing positive programs. Unconsciously, the routines of students will be recorded in the subconscious memory so that it becomes a habit in their daily lives.Keywords: Implications, Developing Fiqih Knowledge, of woman programAbstrak. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan dengan permasalahan pendidikan islam. Hal ini terlihat dari semakin menurunnya pengetahuan para siswa dalam pengetahuan keislaman. Kurangnya pengawasan dari orang tua dan pendidikan Islam di sekolah dianggap menjadi salah satu faktor penyebab terjadi kurangnya pengetahuan Islam itu sendiri pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penyelenggaraan program keputrian dalam pengembangan pengetahuan fiqih bagi siswi di SMP PGII 1 Bandung. Selain itu, untuk terlaksananya program degan baik, perlu adanya perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan faktor penghambat serta pendukung guna meencapai tujuan yang diharapkan.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas, kepada satu orang atau lebih yang disajikan scara deskriptif analisis.Penelitian ini menunjukkan bahwa SMP PGII 1 Bandung menyelenggarakan program keputrian dalam pengembangan pengetahuan fiqih. Bentuk implikasi pengembangan pengetahuan fiqih melalui program keputrian, dilaksanakan melalui pembiasaan membaca asmaul husna, tilawah A-Qur’an berdo’a bersama dan membahas suatu materi terkait tema. Adapun evaluasi dilakukan setiap tiga bulan yakni setengah semesteran. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa melalui program keputrian ini, SMP PGII 1 Bandung berhasil meningkatkan aktivitas siswa, khususnya dalam melaksanakan program-program positif. Secara tidak sadar, rutinitas para siswa akan terekam dalam memori bawah sadar sehingga menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari mereka.Kata Kunci : Implikasi, Pengembangan Pengetahuan Fiqih, Program keputrian
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMK Ma'arif Nurul Huda Utsmaniyyah Lumbung Ciamishttp://hdl.handle.net/123456789/282412021-03-15T03:31:45ZPenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMK Ma'arif Nurul Huda Utsmaniyyah Lumbung Ciamis
Abstract. The background of this research is to increase students learning motivation in the X grade of Isalam religious education at SMK Ma'arif Nurul Huda Ustmaniyyah Lumbung through the Jigsaw Type Cooperative learning model. This research is a quasi-experimental research with 3 meetings divided into two class groups, namely, the experimental class group and the control class group. This research was conducted on student learning motivation, where many students have. Low learning motivation which can also affect student achievement and learning outcomes. Basically, there are several factors that can affect student learning motivation, including teachers, objectives, learning process, teacher performance in learning, for example teachers applying variations in learning models. This study aims to determine the effect of the Jigsaw Type Cooperative learning model in increasing student learning motivation in Islamic religious education subjects. The results of data analysis of student learning outcomes indicate an increase in student motivation. The results of this study can be concluded that the type of Jigsaw Cooperative learning model is able to increase student motivation in the subject of Islamic Religious Education. It is shown by the mean value of post-test learning outcomes in the experimental class 73.06 while the control class is 71.Keywords: Learning Motivation, Jigsaw Type Cooperative Learning Model Abstrak. Latar belakang penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pembelajran pendidikan Agama Isalam kelas X di SMK Ma’arif Nurul Huda Ustmaniyyah Lumbung melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Penelitian ini merupakan penelitian Kuasi. Eksperimen dengan 3 kali pertemuan yang dibagi dalam dua kelompok kelas yaitu, kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Penelitian ini dialakukan untuk mengetahui motivasi belajar siswa, dimana sisiwa banyak yang memiliki. Motivasi belajar yang rendah yang juga dapat berpengaruh pada prestasi dan hasil belajar siswa.. Pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, diantaranya guru, tujuan, proses pembelajaran , perpomance guru dalam belajar contohnya guru menerapkan variasi model pembelajaran. Penelitian ini bertujuan ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini mampu meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil belajar post test kelas eksperimen 73,06 sedangkan kelas kontrol 71.Kata Kunci: Motivasi Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.
Implikasi Pendidikan dari Hadist Bukhari tentang Saum sebagai Perisai terhadap Pengendalian Dirihttp://hdl.handle.net/123456789/282432021-03-15T03:31:45ZImplikasi Pendidikan dari Hadist Bukhari tentang Saum sebagai Perisai terhadap Pengendalian Diri
Abstrack. This research is motivated by the times, especially technology which makes it difficult for humans to control themselves. Humans tend to prefer to vent emotions and even disgraceful actions through social media which are indirectly visible to everyone. Self-control is closely related to emotional conditions. Individuals who cannot control their emotions will influence the actions they take. Islam has many ways to train someone to self-control, one of which is through worship. Based on the hadith narrated by Imam Bukhari, saum as a shield does not only endure hunger, thirst and lust, but there is an essence and educational implication in it. Therefore, the objectives of this study are (1) to describe the essence of Bukhari's hadith about saum as a shield, and (2) to describe the educational implications that can be taken from Bukhari's hadith about shaum as a shield against self-control. This research uses a qualitative research method, a type of documentation study with a descriptive analytic approach. The techniques used to test the validity of the data were semantic techniques and hadith criticism methods. The results of this study suggest that the essence of Bukhari's hadith regarding self-shielding, namely: (1) saum must be used as a self-shield in everyday life, (2) saum is restraining, not torturing oneself, what is detained in shaum worship is eating, drinking, and lust, (3) the value of shaum worship is closely related to manifestations in social life and sincerity of charity, and (4) good saum not only leaves what cancels outwardly, but also that which is spiritual in nature. The educational implications of the hadith narrated by Bukhari on self-control are (1) one can take care of oneself and keep one's speech more meaningful, (2) one can guard against free sex, (3) one can grow a social and human spirit, and (4) ) saum can grow character. Keywords: Implications education, Shaum, Shield, Self-Control Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan zaman terutama teknologi yang mengakibatkan manusia sulit untuk mengendalikan diri. Manusia cenderung lebih senang meluapkan emosi bahkan tindakan tidak terpuji melalui media sosial yang secara tidak langsung dapat dilihat oleh semua orang. Pengendalian diri sangat berkaitan dengan kondisi emosional. Individu yang tidak bisa mengontrol emosi maka akan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan. Islam memiliki banyak cara untuk melatih seseorang mengendalikan diri, salah satunya melalui ibadah saum. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, saum sebagai perisai tidak hanya menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu semata, melainkan ada esensi dan implikasi pendidikan yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan esensi dari hadits Bukhari tentang saum sebagai perisai, dan (2) mendeskripsikan impikasi pendidikan yang bisa diambil dari hadits Bukhari tentang shaum sebagai perisai terhadap pengendaliandiri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif jenis studi dokumentasi dengan pendekatan deskriptif analitik. Teknik yang digunakan untuk menguji keabsahan data yaitu teknik semantik dan teknik metode kritik hadits. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa esensi dari hadits Bukhari tentang perisai diri, yaitu: (1) saum mesti dijadikan perisai diri dalam kehidupan sehari-hari, (2) saum adalah menahan bukan menyiksa diri, yang ditahan dalam ibadah shaum adalah makan, minum, dan syahwat, (3) nilai ibadah shaum sangat terkait dengan manifestasi dalam kehidupan sosial dan keikhlasan beramal, dan (4) saum yang baik bukan hanya meninggalkan yang membatalkan secara lahiriah, tetapi juga yang bersifat ruhaniah. Implikasi pendidikan dari hadits riwayat Bukhari terhadap pengendalian diri, yaitu (1) saum dapat memelihara diri dan menjaga ucapan menjadi lebih bermakna, (2) saum dapat menjaga diri dari seks bebas, (3) saum dapat menumbuhkan jiwa sosial dan kemanusiaan, dan (4) saum dapat menumbuhkan karakter. Kata Kunci : Implikasi Pendidikan, Shaum, Perisai, Pengendalian diri