dc.contributor.author |
Sartika, Dewi |
|
dc.date.accessioned |
2017-10-24T04:01:03Z |
|
dc.date.available |
2017-10-24T04:01:03Z |
|
dc.date.issued |
2015 |
|
dc.identifier.uri |
http://hdl.handle.net/123456789/12032 |
|
dc.description.abstract |
Pada press release dengan nomor HM.04.01.1.43.11.14.7054, tanggal 26
november 2014 dari BPOM mengenai BKO dalam obat tradisional khususnya
jamu pegal linu kebanyakan ditemukan BKO parasetamol dan deksametason.
Bahan kimia obat dalam jamu dapat menyebabkan efek samping bagi pengguna.
Pada saat ini metode standar analisis kuantitatif untuk BKO dalam jamu belum
tersedia. Metode ini diperlukan untuk mempelajari paparan dari BKO yang
terkandung dalam jamu yang dikonsumsi oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini
untuk menemukan kondisi paling optimum ekstraksi fase padat (EFP) dan KCKT
untuk analisis kuantitatif BKO parasetamol dan deksametason dalam jamu pegal
linu. Optimasi kondisi EFP dilakukan dengan memvariasikan pelarut pengelusi
dan pelarut pencuci. Optimasi kondisi KCKT dilakukan dengan memvariasikan
tipe elusi dan komposisi fase gerak yang digunakan. Hasil optimasi kondisi EFP
menggunakan cartridge C-18 yaitu asam format 2,5% dalam air sebagai larutan
pengekstraksi, akuades sebagai larutan pencuci, amonia 2,5% dalam metanol
sebagai eluen, dan volume sampel sebanyak 800 μL. Hasil ini menunjukkan
bahwa parasetamol teretensi dalam adsorben EFP, tetapi deksametason tidak
terelusi. Hasil optimasi KCKT menunjukkan kondisi paling optimum untuk
analisis parasetamol dan deksametason secara simultan yaitu dengan
menggunakan kolom Zorbax ODS 4,6 mm ID x 250 mm (5 μm) sebagai fase
diam; akuabides-metanol sebagai fase gerak; laju alir 1,5 mL/menit; detektor UV
panjang gelombang 254 nm; dan tipe elusi gradien. |
en_US |
dc.publisher |
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Islam Bandung |
en_US |
dc.subject |
Pada press release dengan nomor HM.04.01.1.43.11.14.7054, tanggal 26 november 2014 dari BPOM mengenai BKO dalam obat tradisional khususnya jamu pegal linu kebanyakan ditemukan BKO parasetamol dan deksametason. Bahan kimia obat dalam jamu dapat menyebabkan efek samping bagi pengguna. Pada saat ini metode standar analisis kuantitatif untuk BKO dalam jamu belum tersedia. Metode ini diperlukan untuk mempelajari paparan dari BKO yang terkandung dalam jamu yang dikonsumsi oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk menemukan kondisi paling optimum ekstraksi fase padat (EFP) dan KCKT untuk analisis kuantitatif BKO parasetamol dan deksametason dalam jamu pegal linu. Optimasi kondisi EFP dilakukan dengan memvariasikan pelarut pengelusi dan pelarut pencuci. Optimasi kondisi KCKT dilakukan dengan memvariasikan tipe elusi dan komposisi fase gerak yang digunakan. Hasil optimasi kondisi EFP menggunakan cartridge C-18 yaitu asam format 2,5% dalam air sebagai larutan pengekstraksi, akuades sebagai larutan pencuci, amonia 2,5% dalam metanol sebagai eluen, dan volume sampel sebanyak 800 μL. Hasil ini menunjukkan bahwa parasetamol teretensi dalam adsorben EFP, tetapi deksametason tidak terelusi. Hasil optimasi KCKT menunjukkan kondisi paling optimum untuk analisis parasetamol dan deksametason secara simultan yaitu dengan menggunakan kolom Zorbax ODS 4,6 mm ID x 250 mm (5 μm) sebagai fase diam; akuabides-metanol sebagai fase gerak; laju alir 1,5 mL/menit; detektor UV panjang gelombang 254 nm; dan tipe elusi gradien. |
en_US |
dc.title |
Optimasi Metode Ektraksi Fase Padat Dan Kckt Untuk Analisis Kuantitatif Bahan Kimia Obat Parasetamol Dan Deksametason Dalam Jamu Pegal Linu |
en_US |
dc.type |
Article |
en_US |