dc.contributor |
Fakultas Dakwah |
|
dc.creator |
Abdul Wahid, Maspupah Azzahra |
|
dc.creator |
Yahya, Wildan |
|
dc.creator |
Syatibi, Arifin |
|
dc.date |
2018-01-26 |
|
dc.identifier |
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/dakwah/article/view/9704 |
|
dc.description |
Abstract. In everyday human life is influenced by communication between one another. If there is a need about the world, communication must be given attention. Communication is able to help humans to be competent and adaptive. By studying communication, human beings are able to gain an understanding that makes humans adapt to very complex circumstances. Communication that involves between man and his God is called transcendental communication. Muslims make prayer as a medium of communication, but many Muslims do not yet know that when a man is praying he is communicating with Allah so his prayers pass away without meaning. in the hadith qudsi history of Muslim Priest 395 mentioned that reading Al-fatihah in prayer Allah divide the two parts between servant and his khaliq. The first part is special to Allah, that is praise and flattery only to Allah. The second part between the servant and Allah, namely the surrender of the affairs of a servant to Allah and help belong only to Allah and Allah gives what his servant asks. To the effect of communication between servant and Allah a serenity and tranquility of the soul in the face of all problem.Keywords: Prayer, Communication Trancendental, Hadith QudsiAbstrak. Dalam kehidupan sehari-hari manusia di pengaruhi oleh komunikasi antara satu dengan yang lainnya. Apabila ada suatu kebutuhan tentang dunia, pasti komunikasi mendapatkan perhatian. Komunikasi mampu membantu manusia untuk menjadi kompeten dan adaptif. Dengan mempelajari komunikasi, manusia mampu mendapatkan pemahaman yang membuat manusia beradaptasi dengan keadaan yang sangat kompleks. Komunikasi yang melibatkan antara manusia dengan Tuhannya disebut komunkiasi transendental. Orang muslim menjadikan shalat sebagai media komunikasi, namun banyak orang muslim yang belum mengetahui bahwa ketika seorang manusia sedang shalat ia sedang berkomunikasi dengan Allah sehingga shalatnya berlalu begitu saja tanpa makna. Dalam hadits qudsi riwayat Imam Muslim no.395 disebutkan bahwa membaca Al-fatihah dalam shalat Allah membagi dua bagian antara hamba dengan Allah. Bagian pertama khusus untuk Allah, yaitu Pujian dan sanjungan hanya untuk Allah. Bagian kedua antara hamba dengan Allah, yaitu penyerahan segala urusan seorang hamba kepada Allah dan pertolongan hanya dari Allah, serta Allah memberikan apa yang diminta hamba-Nya. Hingga berdampak dari komunikasi antara hamba dengan khaliqnya suatu ketenangan dan ketentraman jiwa dalam mengahadapi segala permasalahan.Kata Kunci: Shalat, komunikasi Transendental. Hadits Qudsi |
|
dc.format |
application/pdf |
|
dc.language |
eng |
|
dc.publisher |
Universitas Islam Bandung |
|
dc.relation |
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/dakwah/article/view/9704/pdf |
|
dc.rights |
Copyright (c) 2018 Prosiding Komunikasi Penyiaran Islam |
|
dc.source |
Prosiding Komunikasi Penyiaran Islam; Vol 4, No 1, Komunikasi Penyiaran Islam (Februari, 2018); 43-50 |
|
dc.source |
Prosiding Komunikasi Penyiaran Islam; Vol 4, No 1, Komunikasi Penyiaran Islam (Februari, 2018); 43-50 |
|
dc.source |
2460-6405 |
|
dc.subject |
Komunikasi Penyiaran Islam |
|
dc.subject |
Shalat, komunikasi Transendental, Hadits Qudsi |
|
dc.title |
Studi Literatur Hadist Kudsi ‘Dialog Seorang Hamba dengan Kholiqnya’ dalam Perspektif Komunikasi Transendental |
|
dc.type |
info:eu-repo/semantics/article |
|
dc.type |
info:eu-repo/semantics/publishedVersion |
|
dc.type |
Peer-reviewed Article |
|
dc.type |
Kualitatif |
|