dc.description.abstract |
Perilaku bullying merupakan salah satu perilaku agrcsif yang didaJamnya memiliki
aspek kesengajaan untuk mcndominasi, menyakiti, atau menyingkirkan. Di Indonesia sendiri,
bullying terus menjadi persoalan yang tidak pemah usai. Komisi Perlindungan Anak
Indoensia mengatakan bahwa bullying masih mcnempati tempat tertinggi yang diadukan
masyarakat. Korban bullying akan mengalami dampak jangka pendek dan jangka panjang
secara psikososial, antara lain mcnjadi depresi, cemas, melakukan tindakan ke arah menyakiti
diri scndiri, eating disoders. dan gejala-gejala masalah fisik seperti sakit kepala, sakit perut,
demam, dan sulit tidur (Buxton, 2013). Pengalaman negative yang dialami oleh korban
bullying yang terjadi berulang kali memunculkan pengkondisian dalam kemampuan berpikir
para korban. Pengalaman akan kekerasan pada remaja ini dapat menguatkan negative belief
mengcnai diri mereka. Keyakinan diri yang negative ini muncu! melalui negative automatic
thoughts sebagai 'Iapisan' terluar dari strukur kognitif seseorang. Pikiran-pikiran negatif ini
dapat kita lihat frekuensi kemunculannya. Semakin sering la muncuJ, maka akan sernakin
besar pula pengaruhnya pada pembentukan beliefyang negatif seorang remaja. Mernperoleh
gambaran mengenai pikiran-pikiran negatif yang seringkali muncul pada rernaja korban
bullying dan memctakan pikiran-pikiran negatif otomatis ini berdasarkan kelompok faktorfaktor
atau area mana yang paling sering terdampak karcna tindakan bullying. Subyek
peneJitian ini akan dilaksanakan di lima Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Bandung
dengan subjck penelitiannya adalab siswa kelas VII dan vm yang menjadi korban bullying.
Untuk memperolch data digunakan alat ukur Children Automatic Thoughts Scale (CATS).
Hasil penelitian hasil proses screening 48 siswa tergolong pada siswa yang mengalarni
tindakan bullying dan terdapat 333 siswa yang mengalami tindakan bullying dalam
frekucnsi scdang. 8,3% Remaja yang mengalami tindakan bullying, mcmiliki skema beliefs
yang negatif dan sering rnengalami ketidakberdayaan dalam kehidupan sehari-harinya. 99
remaja, atau 91,6% mengalami kernunculan pikiran-pikiran negative yang bersifat ototmatis
(Automatic thoughts) dengan frekuensi sedang |
en_US |