Description:
Kurikulum merupakan salah satu komponen utama pada sebuah sekolah. Di Indonesia, usaha peningkatan kualitas pendidikan lebih memfokuskan pada penambahan beban kognitif, sehingga kesejahteraan siswa kurang diperhatikan. MTs X memiliki kurikulum khas yang tidak hanya berusaha memperhatikan aspek kognitif layaknya kurikulum nasional, namun juga berusaha memperhatikan kesejahteraan siswanya. Siswa merasa senang bersekolah di MTs X. Alumninya pun merasa senang dan bangga dengan sekolah mereka dulu, karena banyak nilai yang tertanam dan membuat mereka berkembang. Ketika siswa merasa senang dan memiliki kesempatan untuk berkembang, maka mereka dapat dikatakan memiliki kesejahteraan yang baik. Kesejahteraan siswa dapat ditinjau melalui konsep student well-being. Menurut Soutter, student well-being merupakan konsep multi-dimensi yang muncul ketika individu berinteraksi dengan orang lain (lingkungannya), serta kondisi dimana hidup mereka berkembang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (metode deskriptif). Pengumpulan data dilakukan terhadap populasi MTs X sebanyak 306 siswa dengan menggunakan kuisioner yang disusun berdasarkan teori student well-being (Soutter). Hasil yang diperoleh adalah 1) Sebanyak 89% siswa memiliki student well-being baik, sementara 11% siswa memiliki student well-being buruk; 2) Dari ketiga aspek student well-being, aspek appraisals memiliki jumlah siswa berkategori baik paling banyak, yaitu sebanyak 92%, sementara aspek action memiliki jumlah siswa berkategori buruk paling banyak, yaitu sebanyak 23%.