Abstract. Adolescence is an age when people generally get an education at the school level. Teens who generally are in school age will spend more time in school, so that peer influence will be stronger than parental influence for teenagers (Hurlock, 1994). SMKN Z Bandung is a vocational high school that has two departments namely hospitality accommodation and social workers. Currently a lot of mischief committed by juveniles, it is appropriate to what happened in SMKN Z Bandung the number of students who violate school rules, truant from school, students smoke on school premises, student brawls, violating school rules (uniforms, came in late, do not do the work). The purpose of this research is to obtain empirical data on the relationship between the role of peers and juvenile delinquency in SMKN Z Bandung. The concept of the theory used is the role of peers presented by David. O Shaffer and juvenile delinquency presented by John W Santrock. The method used is the correlation method with a total population of 88 people. Analysis of correlation between variables using SPSS version 20.0. The results of data processing showed a medium level of relationship between the role of peers and juvenile delinquency in SMKN Z Bandung (rs = 0.470). Students with negative perceptions of peer behavior amounted delinquency (38,6%) and students with positive perceptions of peer behavior amounted delinquency (65,9%). Abstrak. Masa remaja merupakan usia ketika individu pada umumnya mendapatkan pendidikan di tingkat sekolah. Remaja yang pada umumnya berada di usia sekolah akan lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah, sehingga pengaruh teman sebaya akan lebih kuat dibandingkan pengaruh orangtua bagi remaja (Hurlock, 1994). SMKN Z Bandung merupakan sekolah menegah kejuruan yang memiliki dua jurusan yaitu akomodasi perhotelan dengan pekerja sosial. Saat ini banyak sekali kenakalan yang dilakukan oleh remaja, hal ini sejalan dengan apa yang terjadi di SMKN Z Bandung yaitu banyaknya siswa yang sering melanggar aturan sekolah, baik membolos dari sekolah tanpa alasan jelas, siswa merokok dilingkungan sekolah, tawuran, melanggar tata tertib sekolah (pakaian seragam, datang terlambat, tidak mengerjakan tugas). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh data empiris mengenai hubungan antara peran teman sebaya dengan perilaku delinkuensi pada siswa SMKN Z Bandung. Konsep teori yang digunakan pada peran teman sebaya dikemukakakan oleh David. O Shaffer dan perilaku delinkuensi dari John W Santrock. Metode yang digunakan ialah metode korelasional dengan jumlah populasi sebanyak 88 orang. Analisis korelasional antar variabel dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20.0. Hasil pengolahan data menunjukkan adanya tingkat hubungan yang sedang antara Peran teman Sebaya dengan Perilaku Delinkuensi (rs = 0.470). Siswa dengan pemaknaan negative terhadap teman sebaya memiliki perilaku delinkuensi sebesar (38,6%) sedangkan siswa dengan pemaknaan positif terhadap teman sebaya memiliki perilaku delinkuensi sebesar (65,9%).
Masa remaja merupakan usia ketika individu pada umumnya mendapatkan pendidikan di tingkat sekolah. Remaja yang pada umumnya berada di usia sekolah akan lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah, sehingga pengaruh teman sebaya akan lebih kuat dibandingkan pengaruh orangtua bagi remaja (Hurlock, 1994). SMKN Z Bandung merupakan sekolah menegah kejuruan yang memiliki dua jurusan yaitu akomodasi perhotelan dengan pekerja sosial. Saat ini banyak sekali kenakalan yang dilakukan oleh remaja, hal ini sejalan dengan apa yang terjadi di SMKN Z Bandung yaitu banyaknya siswa yang sering melanggar aturan sekolah, baik membolos dari sekolah tanpa alasan jelas, siswa merokok dilingkungan sekolah, tawuran, melanggar tata tertib sekolah (pakaian seragam, datang terlambat, tidak mengerjakan tugas). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh data empiris mengenai hubungan antara peran teman sebaya dengan perilaku delinkuensi pada siswa SMKN Z Bandung. Konsep teori yang digunakan pada peran teman sebaya dikemukakakan oleh David. O Shaffer dan perilaku delinkuensi dari John W Santrock. Metode yang digunakan ialah metode korelasional dengan jumlah populasi sebanyak 88 orang. Analisis korelasional antar variabel dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20.0. Hasil pengolahan data menunjukkan adanya tingkat hubungan yang sedang antara Peran teman Sebaya dengan Perilaku Delinkuensi (rs = 0.470). Siswa dengan pemaknaan negative terhadap teman sebaya memiliki perilaku delinkuensi sebesar (38,6%) sedangkan siswa dengan pemaknaan positif terhadap teman sebaya memiliki perilaku delinkuensi sebesar (65,9%).