Description:
Terdapat berbagai cara untuk mendapatkan pasangan, salah satu cara yang dianjurkan dalam Islam adalah ta’aruf. Pada penelitian Sarjono (2010) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pasangan yang berpacaran dan ta’aruf. Penyesuaian pernikahan pasangan yang ta’aruf lebih buruk dibandingkan pasangan yang berpacaran. Namun, dari hasil wawancara dengan lima pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf di Rumah Ta’aruf Bandung mereka memiliki kesepakatan-kesepakatan perihal rumah tangga, sering melakukan kebersamaan dengan pasangan, merasa puas dengan pernikahan yang mereka jalani, dan mampu menunjukkan cinta dan kasih sayang terhadap pasangan.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran penyesuaian pernikahan pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf di Rumah Ta’aruf Bandung. Subjek penelitian sebanyak 10 orang atau 5 pasangan. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dirancang oleh peneliti berdasarkan teori Dyadic Adjustment milik Spanier. Hasil penelitian menunjukkan 5 pasangan (100%) memiliki penyesuaian pernikahan yang baik. Dilihat dari keempat dimensi penyesuaian pernikahan, satu pasangan memiliki kesenjangan yang tinggi pada dimensi dyadic satisfaction yang artinya mereka kurang mampu menyelesaikan perselisihan dan perbedaan pendapat seperti berusaha menghindari perceraian, tidak menyesali perkawinan, tingkat kebahagiaan tinggi, dan komitmen masa depan terhadap kehidupan perkawinan. Dilihat dari data demografinya, satu pasangan ini berasal dari latar belakang suku bangsa yang berbeda dan sejak menikah tinggal terpisah karena bekerja di kota yang berbeda.