Universitas Islam Bandung Repository

Culture Shock dalam Komunikasi Antar Budaya

Show simple item record

dc.contributor Fakultas Ilmu Komunikasi
dc.creator Dwiatmoko, Muhamad Firdaus
dc.creator Setiawan, Erik
dc.date 2019-02-08
dc.date.accessioned 2019-09-12T02:35:49Z
dc.date.available 2019-09-12T02:35:49Z
dc.identifier http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/humas/article/view/16024
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/23173
dc.description Abstract. Being a migrant child is not easy, especially the distance of the distance or even outside the island. Especially when we are placed by a company in a place far from the domicile we live in. Many companies in Indonesia that implement remote placements are carried out because of the ongoing development of the company and usually the development outside the island where there is still land for development. So that companies also need experienced human resources for the new place. Of course that makes some people become worried and afraid of the culture they will live in later. Adapting to a new environment is one of the things that we can't help but do for survival, if we can't do it, communication will be very difficult, or even impossible if we don't create the same symbol or meaning in interacting with the other person. , especially if we have different cultural backgrounds. The research itself aims to find out how to interpret the culture shock experienced by employees from East Java and how the adaptation made by East Java employees in responding to the culture shock. The author uses qualitative methods with Alfred Schurtz's phenomenological approach. The way to collect data in this study alone will be done through interviews, observations and literature reviews. The results obtained from this study informants interpret a very diverse culture in Indonesia making each region have their own culture, these differences are positively addressed by employees because differences do not make them hostile, but differences give meaning to employees from East Java about new cultures that must they learned. The adaptation processes and strategies they do to reduce differences and communication barriers that occur. The respondents use Indonesian to communicate and if they have difficulty using other alternatives such as using a translator. Keywords: culture shock, self-adjustment, meaningAbstrak. Menjadi anak perantau tidaklah mudah apalagi jarak rantauan yang cukup jauh atau bahkan diluar pulau. Apalagi ketika kita ditempatkan oleh perusahaan di tempat yang jauh dari domisili kita tinggal. Banyak perusahaan di Indonesia yang menerapkan penempatan jauh hal itu dilakukan karena pengembangan perusahaan yang terus berjalan dan biasanya pengembangan itu diluar pulau yang masih ada lahan untuk dilakukan pengembangan. Sehingga perusahaan pun membutuhkan Sumber Daya Manusia yang sudah berpengalaman untuk ditempat baru tersebut. Tentu hal itu membuat sebagian orang menjadi khawatir dan takut dengan budaya yang akan ditinggali nya nanti. Menyesuaikan diri di lingkungan baru adalah salah satu hal yang mau tak mau harus kita lakukan demi kelangsungan hidup, jika kita tidak bisa melakukannya maka berkomunikasi akan menjadi sangat sulit, atau bahkan tidak mungkin jika dalam berinteraksi kita tidak menciptakan simbol atau makna yang sama dengan lawan bicara, terutama jika kita memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mencari tahu bagaimana memaknai culture shock yang dialami pegawai asal Jawa Timur dan bagaimana adaptasi yang dilakukan pegawai asal Jawa Timur dalam menyikapi culture shock tersebut. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi Alfred Schurtz. Cara untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini sendiri akan dilakukan dengan wawancara, obervasi dan tinjauan pustaka. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini informan memaknai budaya yang sangat beragam di Indonesia menjadikan setiap daerah memiliki kebudayaan masing-masing, perbedaan tersebut disikapi positif oleh pegawai karena perbedaan tidak menjadikan mereka bermusuhan, tetapi perbedaan memberikan makna bagi pegawai asal Jawa Timur tentang kebudayaan baru yang harus mereka pelajari. Proses dan strategi adaptasi yang mereka lakukan guna mengurangi perbedaan dan hambatan komunikasi yang terjadi. Para responden menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dan jika mengalami kesulitan akan menggunakan alternative lain seperti menggunakan penerjemaah.Kata kunci: culture shock, penyesuaian diri, memaknai.
dc.format application/pdf
dc.language eng
dc.publisher Prosiding Hubungan Masyarakat
dc.publisher Prosiding Hubungan Masyarakat
dc.relation http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/humas/article/view/16024/pdf
dc.rights Copyright (c) 2019 Prosiding Hubungan Masyarakat
dc.source Prosiding Hubungan Masyarakat; Vol 5, No 1, Prosiding Hubungan Masyarakat (Februari, 2019); 128-133
dc.source Prosiding Hubungan Masyarakat; Vol 5, No 1, Prosiding Hubungan Masyarakat (Februari, 2019); 128-133
dc.source 2460-6510
dc.subject Hubungan Masyarakat
dc.subject culture shock, penyesuaian diri, memaknai.
dc.title Culture Shock dalam Komunikasi Antar Budaya
dc.type info:eu-repo/semantics/article
dc.type info:eu-repo/semantics/publishedVersion
dc.type Peer-reviewed Article
dc.type Kualitatif


Files in this item

Files Size Format View

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

  • Sp - Hubungan Masyarakat [793]
    Koleksi skripsi ringkas dalam format artikel Fakultas Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat

Show simple item record

Search Unisba Repository


Advanced Search

Browse

My Account