dc.contributor |
Fakultas Ilmu Komunikasi |
|
dc.contributor |
|
|
dc.creator |
Nabilah, Bilqis |
|
dc.creator |
Umar, Tia Muthiah |
|
dc.date |
2018-09-28 |
|
dc.date.accessioned |
2019-09-12T03:00:33Z |
|
dc.date.available |
2019-09-12T03:00:33Z |
|
dc.identifier |
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/Jurnalistik/article/view/12230 |
|
dc.identifier.uri |
http://hdl.handle.net/123456789/23291 |
|
dc.description |
Abstract. Indonesia is known as a state of Muslim’s majority. But, in journalistic, the Muslims sometimes don’t have enough space to fulfill their information about Islam. Indonesia don’t use Islamic Press System, but the Social Responsibility. From that point of view, Indonesian Muslim Scholar Bond create a media community as an aspirations medium for Muslim people in Indonesia. Based on the explanations above, researcher want to further know about how journalists in Islamic media mean Islamic Journalistic in their job. Researcher use Alfred Schutz’s Phenomenology’s Theory, focus on their working motives, working experiences, and meaning of Islamic Journalistic. The results are both interviewees have same working motives. They want to be a journalist and still don’t have any ideas to resign from their job. Their experiences during become a journalist are always hold on code of Ethics when looking for information, never exaggerate the information, always do verifications while writing, advance Muslim’s interest and use Islamic angle often, always be professional and put empathy for the interviewees. Their Islamic Journalistic meaning are that Islamic Journalistic as one of their worship to Allah, and Islamic Journalistic is important to be used by any journalist out there.Keywords: Islamic Journalistic, Journalist, Meaning Abstrak. Indonesia dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim. Namun, dalam ranah jurnalistik, umat Islam terkadang tidak memiliki ruang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan terhadap beirta tentang Islam. Indonesia memang tidak menerapkan sistem pers islami, melainkan kebebasan yang bertanggung jawab. Melihat kebutuhan muslim di Indonesia tersebut, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia membangun sebuah media komunitas sebagai saluran aspirasi bagi muslim. Berawal dari hal tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang bagaimana wartawan media Islam memaknai jurnalistik islami dalam pekerjaan mereka. Peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz, memokuskan pada motif yang digunakan wartawan untuk bekerja, pengalaman yang mereka peroleh, serta makna jurnalistik islami untuk mereka. Hasil dari penelitian ini adalah dari dua narasumber yang diteliti, keduanya memiliki motif awal bekerja sebagai wartawan karena memang memiliki keinginan pribadi, tidak terpikir untuk mencari pekerjaan lain dan memutuskan bertahan pada pekerjaan mereka. Pengalaman yang kedua narasumber peroleh selama bekerja sebagai waratawan adalah selalu berpegang pada kode etik dalam mencari berita, tidak melebih-lebihkan dan terus melakukan verifikasi pada narasumber selama proses penulisan, mendahulukan kepentingan umat dan memberi angle penulisan yang dekat dengan keislaman, selalu bersikap profesional dan berempati pada narasumber. Makna jurnalistik islami bagi keduanya antara lain sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT, penting untuk dimiliki oleh wartawan.Kata Kunci: Jurnalistik Islami, Wartawan, Makna |
|
dc.description |
Indonesia dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim. Namun, dalam ranah jurnalistik, umat Islam terkadang tidak memiliki ruang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan terhadap beirta tentang Islam. Indonesia memang tidak menerapkan sistem pers islami, melainkan kebebasan yang bertanggung jawab. Melihat kebutuhan muslim di Indonesia tersebut, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia membangun sebuah media komunitas sebagai saluran aspirasi bagi muslim. Berawal dari hal tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang bagaimana wartawan media Islam memaknai jurnalistik islami dalam pekerjaan mereka. Peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz, memokuskan pada motif yang digunakan wartawan untuk bekerja, pengalaman yang mereka peroleh, serta makna jurnalistik islami untuk mereka. Hasil dari penelitian ini adalah dari dua narasumber yang diteliti, keduanya memiliki motif awal bekerja sebagai wartawan karena memang memiliki keinginan pribadi, tidak terpikir untuk mencari pekerjaan lain dan memutuskan bertahan pada pekerjaan mereka. Pengalaman yang kedua narasumber peroleh selama bekerja sebagai waratawan adalah selalu berpegang pada kode etik dalam mencari berita, tidak melebih-lebihkan dan terus melakukan verifikasi pada narasumber selama proses penulisan, mendahulukan kepentingan umat dan memberi angle penulisan yang dekat dengan keislaman, selalu bersikap profesional dan berempati pada narasumber. Makna jurnalistik islami bagi keduanya antara lain sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT, penting untuk dimiliki oleh wartawan. |
|
dc.format |
application/pdf |
|
dc.language |
eng |
|
dc.publisher |
Prosiding Jurnalistik |
|
dc.publisher |
Prosiding Jurnalistik |
|
dc.relation |
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/Jurnalistik/article/view/12230/pdf |
|
dc.rights |
Copyright (c) 2018 Prosiding Jurnalistik |
|
dc.source |
Prosiding Jurnalistik; Vol 4, No 2, Prosiding Jurnalistik (Agustus, 2018); 107-114 |
|
dc.source |
Prosiding Jurnalistik; Vol 4, No 2, Prosiding Jurnalistik (Agustus, 2018); 107-114 |
|
dc.source |
2460-6529 |
|
dc.subject |
Jurnalistik |
|
dc.subject |
Jurnalistik Islami, Wartawan, Makna |
|
dc.subject |
|
|
dc.subject |
Jurnalistik Islami, Wartawan, Makna |
|
dc.title |
Makna Jurnalistik Islami di Kalangan Wartawan |
|
dc.title |
Makna Jurnalistik Islami di Kalangan Wartawan |
|
dc.type |
info:eu-repo/semantics/article |
|
dc.type |
info:eu-repo/semantics/publishedVersion |
|
dc.type |
Peer-reviewed Article |
|
dc.type |
Kualitatif |
|
dc.type |
|
|