Description:
Kematian neonatal dengan hiperbilirubinemia masih menjadi masalah di Dunia dan di Indonesia. Faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia adalah bayi kurang bulan atau kehamilan kurang dari 37 minggu, jenis kelamin, bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan jenis persalinan. Neonatal hiperbilirubinemia dapat terjadi pada setiap proses persalinan baik persalinan spontan maupun persalinan dengan tindakan seperti seksio sesarea. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang perbedaan kadar bilirubin antara bayi yang dilahirkan spontan dan seksio sesarea di RSUD Al Ihsan Kabupaten Bandung periode Maret-Mei 2017. Desain Penelitian adalah analitik komparatif dengan metode potong silang (cross sectional). Hasil penelitian ini mendapatkan 62,07% bayi yang dilahirkan dengan tindakan seksio sesarea menderita hiperbilirubinemia dan 24,53% pada bayi yang dilahirkan spontan. Perbedaan ini secara statistik bermakna dengan P<= 0,05 dan PR 2,53, sehingga dapat disimpulkan bayi yang dilahirkan dengan tindakan seksio sesarea memiliki risiko 2,53 kali lebih tinggi terjadi hiperbilirubinemia dibandingkan bayi yang dilahirkan spontan. Hal ini dapat terjadi karena pada persalinan spontan, bayi terpapar flora normal jalan lahir ibu, yang merubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak dapat direabsorbsi kembali sehingga pada persalinan spontan risiko hiperbilirubinemia lebih sedikit.