Abstract:
Penelitian empiris ini bertujuan untuk : [1] menggambarkan karakteristik
rumah tangga dari tipe komunikasi tinggi-rendah, tahapan psikologi perkembangan
pernikahan dan status ekonomi di Kota Bandung, dan [2] mengkaji faktor-faktor
penyebab perceraian suami istri pada suatu rumah tangga di Kota Bandung. Metode
penelitian yang digunakan adalah salah satu metode kuantitatif,yaitu model
ekonometrika qualitative dependent variable, yang merepresentasikan tingkat
kerentanan perceraian suami istri pada rumah tangga. Berdasarkan ulasan literatur,
perceraian tersebut merupakan keputusan dari kombinasi faktor komunikasi,
psikologi, dan status ekonomi.
Pada laporan akhir ini, telah ditampilkan hasil penelitian dengan : (1)
karakteristik rumah tangga sample, dan (2) karakteristik rumah tangga sample yang
mengalami perceraian, dan (3) temuan faktor-faktor yang menjelaskan peluang
terjadinya perceraian pada rumah tangga.
1. Semakin lama usia pernikahan, peluang perceraian rumah tangga 0.79 kali
lebih tinggi dari keputusan tidak bercerai. Atau, sebaliknya, peluang rumah tangga
tidak bercerai 1.2642 lebih tingi dibandingkan peluang bercerai. Artinya, semakin
lama usia pernikahan peluang rumah tangga untuk bercerai akan semakin rendah.
2. Keterbukaan komunikasi dalam rumah tangga akan menghasilkan peluang
perceraian 0.13 kali lebih tinggi dari keputusan tidak bercerai. Atau, sebaliknya,
peluang rumah tangga tidak bercerai 7.5384 lebih tingi dibandingkan peluang
bercerai. Artinya, keterbukaan komunikasi yang dibangun dapa rumah tangga besar
artinya bagi peluang untuk melestarikan pernikahan.
3. Budaya komunikasi tingkat tinggi dalam rumah tangga akan menghasilkan
peluang perceraian 3.4284 kali lebih tinggi dari keputusan tidak bercerai. Atau,
sebaliknya, peluang rumah tangga tidak bercerai 0.2917 lebih tingi dibandingkan
peluang bercerai. Artinya, budaya komunikasi tingkat tinggi yang dibangun dapa
rumah tangga akan memberbesar peluang perceraian rumah tangga.
4. Meningkatnya status psikologi perkembangan pada rumah tangga akan
menghadapi peluang perceraian 2.4220 lebih tinggi dibandingkan dengan tidak
bercerai. Atau, sebaliknya, peluang untuk melestarikan pernikahannya 0.4129 lebih
2
tinggi dari peluang bercerai. Artinya, semakin memasuki psikologi perkembangan
yang lebih, rumah tangga akan menghadapi peluang perceraian yang tinggi juga.
5. Meningkatnya status ekonomi rumah tangga, akan menghadapi peluang
perceraian 2.0880 lebih tinggi dari peluang melestarikan pernikahan. Atau,
sebaliknya, peluang untuk melestarikan pernikahan 0.4789 lebih tinggi dari peluang
bercerai. Artinya, semakin tinggi status ekonomi rumah tangga akan menghadapi
peluang perceraian yang semakin besar.
6. Meningkatnya pendapatan rumah tangga, akan menghadapi peluang
perceraian 0.8287 lebih tinggi dari peluang melestarikan pernikahan. Atau,
sebaliknya, peluang untuk melestarikan pernikahan 1.2068 lebih tinggi dari peluang
bercerai. Artinya, semakin tinggi status ekonomi rumah tangga akan menghadapi
peluang perceraian yang semakin besar.