Description:
Abstract. Bullying is a serious problem in Indonesia. As many as 84% of students in Indonesia admit to having experienced violence at school (Kurniasari, et al., 2017). The results show that all cities / regencies in West Java are not spared from cases of bullying at schools (Borualogo & Gumilang, 2019). In Indonesia, security is still a serious problem faced by children and adolescents. Several cases in Indonesia even show that homes and schools have not become safe places for children and adolescents (Gerintya, 2017; Saubani, 2018). This study aims to determine how the influence of perceptions about the sense of security on Subjective Well-Being in junior high school bullies victims in Bandung. There are 394 students from all over Bandung who experienced abuse participating in this research. To get a representative sample, the stratified cluster random sampling technique is used. This study uses three measuring instruments that have been adapted into Indonesian according to the adaptation procedures of cross-cultural psychology measurement tools (Borualogo et al., 2019). The three measuring instruments are harassment gauges, SWB gauges (CW-SWBS), and perceptions about safety. Data were collected using a questionnaire and classical. The results showed that perceptions of feeling safe had a significant effect on subjective well-being. Students perceive a sense of security at home when people who live in the house pay attention and also pay attention and listen to their opinions. Meanwhile, at school, teenagers will feel safe when other children will help them when they have problems and also teachers who are willing to pay attention and listen to their opinions.Keywords: Bullying, Perceptions of Safety Feelings, Subjective Well-BeingAbstrak. Kasus perundungan merupakan masalah yang serius di Indonesia. Sebanyak 84% siswa di Indonesia mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah (Kurniasari, et al., 2017). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh Kota/ Kabupaten di Jawa Barat tidak luput dari kasus perundungan di sekolah (Borualogo & Gumilang, 2019). Di Indonesia, rasa aman masih merupakan persoalan serius yang dihadapi anak dan remaja. Beberapa kasus di Indonesia bahkan menunjukkan bahwa rumah dan sekolah belum menjadi tempat yang aman bagi anak dan remaja (Gerintya, 2017; Saubani, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh persepsi mengenai rasa aman terhadap Subjective Well-Being pada siswa SMP korban perundungan di Kota Bandung. Terdapat 394 siswa se-Kota Bandung yang mengalami perundungan berpartisipasi dalam peneltian ini. Untuk mendapatkan sampel yang representatif digunakan teknik stratified cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia sesuai prosedur adaptasi alat ukur psikologi lintas budaya (Borualogo et al., 2019). Ketiga alat ukur tersebut adalah alat ukur perundungan, alat ukur SWB (CW-SWBS), dan alat ukur persepsi mengenai rasa aman. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner dan secara klasikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mengenai rasa aman berpengaruh signifikan terhadap subjective well-being. Siswa mempersepsikan rasa aman di rumah adalah ketika orang-orang yang tinggal di dalam rumah memberikan perhatian dan juga memperhatikan dan mendengarkan pendapat mereka. Sedangkan di sekolah, remaja akan merasa aman ketika anak-anak lain akan menolong mereka ketika memiliki masalah dan juga guru-guru yang mau memperhatikan dan mendengarkan pendapat mereka.Keywords: Perundungan, Persepsi Mengenai Rasa Aman, Subjective Well‐Being