Universitas Islam Bandung Repository

Implikasi Pendidikan Q.S. Al-Isra Ayat 26-27 Tentang Larangan Tabdzir Terhadap Upaya Menghindari Perilaku Mubazir

Show simple item record

dc.contributor.author Izzaturrahim, Bintang Fauzan
dc.date.accessioned 2023-01-24T07:07:29Z
dc.date.available 2023-01-24T07:07:29Z
dc.date.issued 2020
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/30769
dc.description.abstract Islam mengajarkan manusia untuk hidup dalam kegiatan positif dan menghindari kegiatan negatif. Maka, manusia akan meningkat derajatnya melebihi makhluk astral, apabila menjalankan kegiatan positif yang bersifat spiritual dengan dipadukan hati dan jiwa yang ikhlas. Sebaliknya, apabila menjalankan kegiatan negatif yang diikutsertakan dengan kemauan nafsu belaka akan mengalami penurunan derajat kemanusiaannya seketika itu. Terkadang manusia selalu mementingkan kepentingan pribadinya terutama dalam urusan makanan dalam porsi yang belum bisa dipastikan akan habis. Hal ini bisa berdampak buruk bagi lingkungan dan sekitarnya dari pencemaran sisa-sisa makanan yang ada. Al-Qur’an sudah melarang dan mengharamkan untuk tidak melakukan pemborosan yang tidak sesuai dengan tempatnya. Oleh karena itu, masalah ini perlu diteliti dengan pemahaman dengan teori serta pendapat para mufassir lebih terperinci. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pendapat para mufassir mengenai Q.S. Al-Isra (17) ayat 26-27. Untuk mengetahui esensi terhadap Q.S. Al-Isra (17) ayat 26-27. Untuk mengetahui konsep tabzir dan upaya pencegahannya menurut para ahli. Untuk mengetahui implikasi pendidikan Q.S. Al-Isra (17) ayat 26-27 tentang larangan tabdzir terhadap upaya menghindari perilaku mubazir. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analitis serta deksriptif. Pendapat para mufasir dari QS.Al-Isra ayat 26-27 yakni;1.Kepada kaum mulismin untuk memberikan hak yang patut kepada orang-orang yang sedang membutuhkan nutrisi fisiknya agar beraktivitas kembali dengan keadaan yang prima untuk mencapai tujuannya. 2.Menghambur-hamburkan dengan nafsu duniawi akan menimbulkan perkara yang menjerumuskan kepada jalan kebathilan.3.Manusia sering kali lupa akan kepunyaannya dalam hubungan materi. Materi dalam berbagai kebutuhan maupun keinginan yang telah diberi haruslah disyukuri agar, bisa menjadikan manusia sebagai makhluk yang mensyukuri atas nikmat Allah Swt berikan.4.Al-Qur’an melarang tegas untuk tidak mubazirkan hal-hal yang tidak mendapatkan kemaslahatan dan justru mendatangkan kemudharatan. Apabila melakukan hal-hal seperti ini sama saja dengan menyatakan dirinya sebagai golongan dari syaitan-syaitan yang tentunya tempat singgahnya adalah neraka. ::repository.unisba.ac.id:: ii Esensi QS.Al-Isra ayat 26-27 meliputi:1.Kewajiban bagi setiap muslim adalah berbakti kepada kedua orang tua.2.Setiap muslim harus mencukupi kebutuhan terutama terhadap orang miskin dan orang yang membutuhkan.3.Seorang muslim harus mengatur harta bendanya secara proporsional.4.Sikap syukur merupakan salah satu upaya dalam membina manusia agar tidak berlaku boros. Pandangan ahli pendidikan tentang mubazir diartikan dengan hal yang berlebihlebihan, membuang-buang harta, atau pemborosan. Kata tabdzir/pemborosan dipahami oleh ulama dalam arti pengeluaran yang bukan hak. Apabila, seseorang mengeluarkan sesuatu atas bukan haknya atau sesuai dengan keinginannya dengan meluapkan egonya maka, tergolong seseorang yang mubazir. Perilaku mubazir bisa mengantarkan diri seseorang kepada hal-hal yang menyimpang apabila, tidak bisa menentukan di mana letak yang mengarahkan kepada nilai-nilai kebajikan dan dimana meletakan yang mengarahkan kepada nilai-nilai kebathilan, sehingga perlu diadakannya identifikasi terlebih dahulu. Dampak dari perilaku mubazir bersifat menyeluruh, yaitu bisa menimbulkan kerugian di masa kehidupannya di duniawi. Begitu pula dapat menimbulkan perkara yang besar di ukhrawi kelak yaitu mendapat murka Allah Swt. Implikasi pendidikan dari esensi QS.Al-Isra ayat 26-27 yaitu:1.Menanamkan pendidikan yang utama dalam keluarga.2.Membangun sikap empati dan simpati terhadap sesama muslim.3.Berprinsip di dalam harta muslim terdapat hak orang lain.4.Membiasakan untuk bersikap merasa cukup (qana’ah).5.Mengendalikan hawa nafsu dalam memiliki jumlah harta.6.Menegaskan bahwa harta benda bentuk pemberian dari Allah Swt.7.Sikap syukur sebagai bentuk untuk menghindari sikap boros. en_US
dc.subject Mubazir, Hak, Perilaku Syaitan en_US
dc.title Implikasi Pendidikan Q.S. Al-Isra Ayat 26-27 Tentang Larangan Tabdzir Terhadap Upaya Menghindari Perilaku Mubazir en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search Unisba Repository


Advanced Search

Browse

My Account