Abstract:
Studi-studi terdahulu mengungkap tingginya frekuensi kejadian perundungan di Provinsi
Jawa Barat. Bandung merupakan salah satu di antara yang tertinggi kasus perundungannya di
Jawa Barat. Perundungan merupakan problem sosial di Indonesia. Penelitian ini bertujuan
menjelaskan kontribusi keyakinan yang mendukung tindak kekerasan terhadap tindakan
perundungan pada siswa laki-laki dan perempuan. Keyakinan yang mendukung tindak
kekerasan merupakan salah satu prediktor perundungan, namun kajian mengenai hal ini
belum dilakukan di Indonesia, termasuk belum dilakukan dalam konteks perbedaan jenis
kelamin. Desain penelitian adalah cross-sectional design. Sampel representatif dari siswa SD
dan SMP di Kota Bandung (N = 1,539) yang diambil melalui teknik sampling klaster berstrata
yang diambil secara acak. Terdapat 53.2% responden perempuan, dan 46.8% responden lakilaki. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur Beliefs supporting violence dan alat ukur
tindakan perundungan yang telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Analisis data
dilakukan menggunakan regresi linier. Keyakinan yang mendukung tindak kekerasan
berkontribusi signifikan terhadap perundungan fisik pada perempuan (β = 0.182; p = 0.000)
dan laki-laki (β = 0.141; p = 0.000), perundungan verbal pada perempuan (β = 0.248; p =
0.000) dan laki-laki (β = 0.247; p = 0.000), serta perundungan psikologis pada perempuan (β
= 0.110; p = 0.002) dan laki-laki (β = 0.085; p = 0.023). Penelitian dibahas menggunakan teori
sosio ekologi dari Bronfenbrenner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan yang
mendukung tindak kekerasan memberikan kontribusi signifikan pada siswa laki-laki dan
siswa perempuan dalam melakukan tindakan perundungan. Siswa laki-laki lebih kuat
memiliki keyakinan yang mendukung tindak kekerasan. Namun hasil penelitian menunjukkan
bahwa jenis kelamin tidak menjadi moderator atas keyakinan yang mendukung tindak
kekerasan dan tindak perundungan. Orang tua dan guru perlu memperhatikan setiap insiden
kekerasan yang disebabkan oleh keyakinan yang mendukung kekerasan yang memprediksi
insiden perundungan di sekolah. Kehati-hatian ini diharapkan dapat membantu mengurangi
jumlah kasus tindakan perundungan.