dc.description.abstract |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana ulama memaknai
“Tarekat Wujud Batin” (informan) dalam melakukan komunikasi transendental
menurut cara mereka sendiri (2) bagaimana ulama Tarekat (informan) melakukan
salat sebagai komunikasi transendental dengan Allah Swt dalam upaya mencapai
maqam makrifat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan tradisi
fenomenologi. Subjek peneliti adalah 3 (tiga) orang pengikut ”Tarekat Wujud
Batin” yang bertempat tinggal di daerah masing-masing yang secara purposive
dipilih dengan kriteria dapat melakukan komunikasi transendental secara khusus
menurut caranya sendiri. Melalui wawancara mendalam dan observasi, diperoleh
data berupa pernyataan-pernyataan dan perilaku komunikasi transendental yang
kemudian dianalisis.
Hasil yang diperoleh berupa model komunikasi transendental pada ulama.
Di sini ditemukan bahwa fakta biologis dan nonbiologis yang menentukan mereka
melakukan komunikasi transendental. Terdapat 4 (empat) alasan mereka
melakukan komunkasi transendental, yaitu alasan biasa (kebiasaan), alasan takut
(kepada Allah), alasan khawatir (kekhawatiran) dan alasan kenyataan (fakta).
Keempat alasan tersebut menentukan pengikut ulama membentuk generasi baru
guna menjadi, ”ulama tradisional” dan ”ulama modern”.
Dalam melakukan komunikasi transendental, para ulama lebih banyak
menggunakan bahasa nonverbal, dibandingkan bahasa verbal. Ini dikarenakan
komunikasi nonverbal membuat mereka merasa lebih tenang dan lebih konsentrasi
dalam upaya pencapaian makrifat. Pencapaian makrifat akan terjadi apabila dalam
komunikasi transendental dilandasi oleh empat dimensi, yaitu ruh, kalbu, akal dan
nafsu. Keempat dimensi ini akan menjadi bahan belajar dalam proses komunikasi
transendental.
Pencapaian makrifat pada dasarnya akan tercermin pada perilaku
(behaviour) manusia setelah terbentuk. Pemahaman filosofi terhadap pencapaian
makrifat dan penerapannya secara konsekuen dan konsisten memberikan
pengaruh yang kuat terhadap perilaku manusia di dalam berbagai kondisi. Selain
perilaku dalam menjalankan ibadah, perilaku manusia dengan kecerdasan
transendental tinggi juga tercermin pada akhlak mereka yang mulia (akhlakul
karimah). |
en_US |