dc.description.abstract |
Masalah transportasi di Kota Bandung dapat dilihat dari adanya sejumlah
titik kemacetan pada beberapa ruas jalan, salah satu penyebabnya adalah
meningkatnnya jumlah pengguna kendaraan pribadi akibat rendahnya tingkat
pelayanan dan kinerja angkutan umum. Adanya tumpang tindih trayek dan
ketidakseimbangan antara jumlah angkutan umum yang beroperasi dengan jumlah
penumpang yang terangkut di sepanjang rutenya menyebabkan kinerja angkutan
umum menjadi tidak optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
jumlah armada dan rute angkutan yang optimal di Kota Bandung berdasarkan
load factor dengan studi kasus angkutan kota trayek Riung Bandung – Dago.
Pelaksanaan penelitian di lapangan dilakukan melalui survei dinamis dengan cara
mencatat jumlah penumpang yang naik turun kendaraan di sepanjang rute, waktu
tempuh, dan waktu antara/headway pada periode sibuk pagi, siang, dan sore hari.
Untuk evaluasi kinerja angkutan kota didasarkan pada standar World Bank
dan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
angkutan kota trayek Riung Bandung – Dago memiliki nilai load factor rata-rata
sebesar 28% untuk perjalanan “pergi” dan 23% untuk perjalanan “pulang”, angkaangka
ini masih di bawah standar yang telah ditetapkan yaitu 70%. Headway awal
untuk periode sibuk pagi sebesar 3 menit, untuk periode siang dan sore masingmasing
15 menit, sedangkan headway akhir sebesar 2 menit untuk tiap periode
sibuknya. Waktu siklus rata-rata adalah 3:25 jam. Jumlah penumpang rata-rata 98
orang/hari/angkot, dan jumlah armada yang beroperasi sebanyak 150-170 unit per
hari dari 201 unit yang tercatat di dishub Kota Bandung. Dengan headway yang
tinggi dan load factor rendah, jumlah armada yang tersedia saat ini melebihi
demand perjalanan yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil analisis, jumlah armada
yang optimal adalah sebanyak 87 unit per hari. Untuk itu perlu adanya
pengurangan jumlah armada pada angkutan kota trayek Riung Bandung – Dago.
Rendahnya nilai load factor angkot Riung Bandung – Dago disebabkan
karena tidak meratanya jumlah penumpang akibat adanya overlapping pada
beberapa zona di sepanjang rute yang dilaluinya. Zona-zona yang mengalami
overlapping yaitu Jl. Kiaracondong – Jl. Jakarta yang masing-masing dilalui 7 dan
9 trayek angkutan kota. Rute yang dilalui tersebut jelas tidak optimal karena
jumlah maksimal trayek pada suatu ruas jalan adalah sebanyak 5 trayek.
Berdasarkan analisis terhadap potensi travel demand pada wilayah studi, maka
diusulkan untuk mengalihkan rute dari jalur/ruas jalan yang overlapping pada
jalur yang masih sedikit dilalui trayek angkot. Dan jalur yang terpilih adalah Jl.
Gatot Subroto – Jl. Laswi dengan jumlah potensi travel demand sebanyak 27.240
orang lebih banyak dari jalur exsisting yaitu sebanyak 6.435 orang. Pengalihan
rute ini juga berguna untuk mengoptimalkan kinerja angkutan kota trayek Riung
Bandung – Dago. |
en_US |